Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Macron: Masa Depan Eropa Tak Harus Diputus di Washington atau Moskow

Para pemimpin Uni Eropa berkumpul untuk menghadiri pertemuan puncak pertahanan darurat di Brussels.

Editor: Arison Tombeg
TM/Al Jazeera
PERTAHANAN - Tangkapan layar persenjataan berat. Para pemimpin Uni Eropa berkumpul untuk menghadiri pertemuan puncak pertahanan darurat di Brussels. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Brussels - Para pemimpin Uni Eropa berkumpul untuk menghadiri pertemuan puncak pertahanan darurat di Brussels karena kemitraan masa depan dengan AS masih belum pasti.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan agresi Rusia "tidak mengenal batas" dan merupakan ancaman langsung terhadap Eropa saat para pemimpin Uni Eropa bersiap untuk mengadakan pembicaraan darurat di Brussels menyusul sikap pemerintahan Trump terhadap hubungan transatlantik.

"Siapa yang percaya bahwa Rusia saat ini akan berhenti di Ukraina?" kata Macron dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu malam.

Ke-27 pemimpin Uni Eropa akan berkumpul untuk pertemuan puncak pertahanan pada hari Kamis untuk pertama kalinya sejak pertemuan yang menegangkan di Ruang Oval antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky minggu lalu. 

Trump telah melunakkan nada bicaranya terhadap Zelensky setelah pemimpin Ukraina itu bersedia menandatangani kesepakatan mineral yang kontroversial dengan AS. Desakan Zelensky agar Washington memberikan jaminan keamanan sebagai ganti kesepakatan tersebut mengundang kemarahan Trump.

Washington mengatakan masuknya Ukraina ke dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) – yang didirikan pada tahun 1949 untuk melawan ancaman Uni Soviet – adalah “tidak realistis” dan telah mengancam akan menarik pasukan Amerika dari Eropa, serta meminta sekutu-sekutu Eropa untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka.

Trump telah menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin tanpa melibatkan sekutu Eropanya dalam upayanya untuk mengakhiri perang Ukraina. Dalam pernyataannya, ia menyalahkan Ukraina atas perang tersebut, yang dipicu oleh invasi Moskow ke Ukraina pada tahun 2022.

Washington sejak itu menghentikan bantuan militer serta pembagian informasi intelijen dengan Ukraina, yang penting bagi pertahanan Kyiv melawan Rusia.

Kebijakan Trump

Perubahan kebijakan Ukraina telah membuat sekutu AS panik, dengan para pemimpin Uni Eropa secara terbuka mempertanyakan keandalan Washington sebagai mitra keamanan di masa mendatang. 

Mereka juga khawatir bahwa kepentingan Kyiv dan Eropa akan diabaikan dalam kesepakatan apa pun untuk mengakhiri konflik terbesar di benua itu sejak Perang Dunia II.

Macron memperingatkan bahwa Eropa harus siap untuk berdiri sendiri dalam menghadapi agresi Rusia. “Saya ingin percaya bahwa AS akan tetap berada di pihak kita,” kata Macron. “Namun, kita harus siap jika itu tidak terjadi.”

“Masa depan Eropa tidak harus diputuskan di Washington atau Moskow,” tambahnya.

Macron juga mengatakan dia akan berdiskusi dengan mitra-mitra Eropanya untuk memperluas pencegahan nuklir Prancis ke negara-negara lain di benua itu, tetapi keputusan dan kendali akan tetap berada di tangan presiden Prancis.

Para pemimpin Eropa lainnya, termasuk Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, telah menerima Zelensky dan menegaskan kembali dukungan mereka terhadap Ukraina pada pembicaraan akhir pekan di London setelah ledakan di Gedung Putih.

Kelangsungan Hidup 

Pada pertemuan di Brussels, para pemimpin Uni Eropa akan merenungkan konsekuensi dari pendekatan Trump yang tidak terduga dan transaksional terhadap kebijakan luar negeri. Zelensky juga akan menghadiri pertemuan puncak tersebut.

Sementara pertemuan Brussels akan bertujuan untuk memperkuat dukungan Eropa bagi Kyiv, pertemuan itu tidak mungkin menghasilkan pengumuman bantuan besar di luar 30 miliar euro (32,4 miliar dolar) yang telah dijanjikan blok tersebut tahun ini. 

Para pemimpin UE juga diharapkan membahas usulan Komisi Eropa untuk meminjam hingga 150 miliar euro (162 miliar dolar) untuk dipinjamkan kepada negara-negara anggota berdasarkan rencana persenjataan kembali.

Pada hari Selasa, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memaparkan rencana senilai 800 miliar euro (863 miliar dolar) untuk “mempersenjatai kembali Eropa” dan memikul tanggung jawab atas pertahanan benua tersebut.

"Ada ketakutan nyata bahwa AS bisa saja menjauh dan membiarkan Eropa rentan terhadap agresi Rusia, atau agresi lainnya. Ada perasaan di sini bahwa kelangsungan hidup dan masa depan Eropa bisa jadi dipertaruhkan," kata Natacha Butler dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Brussels.

Ia mengatakan bahwa para pemimpin Uni Eropa akan berbicara mengenai cara “mempersenjatai kembali Eropa, cara memastikan bahwa Eropa dapat berdaulat dalam hal pertahanan, cara memperkuat dan meningkatkan anggaran pertahanan di seluruh Uni Eropa dan koordinasi militer.”

Butler mengatakan rencana perdamaian yang diusulkan oleh Prancis dan Inggris juga akan dibahas. "Kami tahu rencana tersebut melibatkan pengiriman pasukan penjaga perdamaian Eropa untuk memastikan kemungkinan gencatan senjata di Ukraina di masa mendatang."

Koresponden Al Jazeera mengatakan bahwa Macron belum pernah membahas isu pencegah nuklir sebelumnya, tetapi "ini menunjukkan adanya urgensi yang dirasakan di Eropa dalam hal keamanannya sendiri". (Tribun)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved