Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Telepati: Persepsi Ekstrasensori atau Stereotip Populasi? Begini Penjelasannya

Para peneliti dari Society for Psychical Research di Inggris mulai tertarik pada persepsi ekstrasensori (ESP), khususnya telepati.

Editor: Arison Tombeg
Kolase TM/shutterstock
PENJELASAN - Foto ilustrasi telepati. Para peneliti dari Society for Psychical Research di Inggris mulai tertarik pada persepsi ekstrasensori (ESP), khususnya telepati. 

Kecenderungan kuat untuk memilih tujuh sebagai angka dan biru sebagai warna sangat konsisten sehingga dinamakan Fenomena Biru-Tujuh.

Angka Ajaib

Mengapa angka tujuh lebih umum dipilih daripada, katakanlah, satu, lima, atau sepuluh? Meskipun alasan pastinya masih belum jelas, beberapa penjelasan telah diajukan. 

Salah satu kemungkinan adalah bahwa angka tujuh menonjol, dianggap unik dan menarik karena merupakan angka prima, tidak seperti pilihan yang lebih "jelas" di titik ekstrem atau tengah rentang, seperti satu, lima, atau sepuluh.

Selain itu, pengaruh budaya mungkin berperan—angka tujuh sering muncul dalam konteks keagamaan dan sejarah, dari tujuh dosa mematikan dalam agama Kristen hingga tujuh hari dalam seminggu dan bahkan tujuh kurcaci dalam kisah Putri Salju. Dalam banyak budaya, angka ini juga dianggap sebagai angka keberuntungan, yang mungkin membuatnya lebih menarik.

Akibatnya, trik "membaca pikiran" mentalis bekerja dengan sangat baik di hadapan khalayak yang besar karena respons cenderung mengelompok dalam cara yang dapat diprediksi. 

Banyak orang memiliki asosiasi budaya dan kognitif yang sama dengan angka, kata, atau gambar tertentu, yang membuat beberapa pilihan lebih mudah dipahami secara mental, "muncul di kepala kita" lebih sering daripada yang lain.

Penting untuk dicatat bahwa efek stereotip populasi tidak mengklaim dapat menjelaskan fenomena persepsi anomali seperti telepati, dan tidak serta merta menyangkal persepsi ekstrasensori. 

Sebaliknya, efek ini menunjukkan bagaimana pola pikir yang dapat diprediksi dapat dimanfaatkan untuk menciptakan ilusi membaca pikiran, bahkan ketika tidak ada kemampuan telepati yang nyata.

Prospek Masa Depan

Dikutip YNet, penelitian tentang persepsi ekstrasensori terus berlanjut hingga hari ini, meskipun terdapat skeptisisme dan tantangan metodologis yang meluas. 

Salah satu eksperimen yang paling umum di bidang ini adalah eksperimen Ganzfeld, di mana mata dan telinga partisipan ditutup untuk menghalangi masukan sensorik eksternal, sehingga menciptakan kondisi kekurangan sensorik. 

Setelah beberapa menit, partisipan sering melaporkan halusinasi visual dan pendengaran. Dalam upaya untuk mempelajari telepati, misalnya, sebuah pesan "dikirimkan" kepada partisipan, dan peneliti menilai apakah halusinasi mereka menyerupai pesan yang dimaksud.

Beberapa peneliti percaya bahwa eksperimen semacam itu memberikan bukti keberadaan persepsi ekstrasensori, sementara yang lain berpendapat bahwa meskipun penelitian tertentu melaporkan beberapa temuan positif, efek ini kecil dan sulit ditiru. 

Beberapa berpendapat bahwa penggunaan model ilmu saraf konvensional, yang mungkin tidak cukup menangkap kompleksitas ESP, bertanggung jawab atas bukti yang bertentangan, dengan menyatakan bahwa kerangka kerja teoritis baru diperlukan untuk mempelajarinya secara efektif.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved