Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Telepati: Persepsi Ekstrasensori atau Stereotip Populasi? Begini Penjelasannya

Para peneliti dari Society for Psychical Research di Inggris mulai tertarik pada persepsi ekstrasensori (ESP), khususnya telepati.

Editor: Arison Tombeg
Kolase TM/shutterstock
PENJELASAN - Foto ilustrasi telepati. Para peneliti dari Society for Psychical Research di Inggris mulai tertarik pada persepsi ekstrasensori (ESP), khususnya telepati. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pada akhir abad ke-19, para peneliti dari Society for Psychical Research di Inggris mulai tertarik pada persepsi ekstrasensori (ESP), khususnya telepati — kemampuan yang dihipotesiskan untuk memahami pikiran atau perasaan orang lain.

Mereka mengetahui tentang saudara perempuan Creery, lima saudara kandung dari sebuah kota kecil yang mengaku dapat saling mengirim dan menerima pikiran, dan memutuskan untuk menguji kemampuan mereka dalam kondisi yang terkendali.

Percobaannya mudah: seorang saudari akan fokus pada sebuah objek, angka, atau kata, sementara saudari lainnya, di ruangan terpisah, mencoba untuk "menerima" pikiran itu dan mengidentifikasinya. Para saudari itu menunjukkan tingkat akurasi yang mencengangkan, sering kali membuat identifikasi yang benar.

Keberhasilan mereka yang tampak jelas memicu antusiasme dalam komunitas ilmiah — hingga kasus tersebut berubah secara tak terduga ketika kedua saudari itu kemudian mengakui telah berbuat curang dalam beberapa eksperimen. 

Meskipun terjadi penipuan, kasus ini menjadi salah satu studi paling awal dan paling terkenal dalam apa yang kemudian dikenal sebagai bidang psikologi, yang memengaruhi metodologi penelitian di masa mendatang.

Episode ini berfungsi sebagai pengingat pentingnya skeptisisme dalam studi semacam itu dan perlunya desain eksperimental yang ketat dan terkontrol dengan baik.

Persepsi ekstrasensori (ESP) merujuk pada dugaan proses transfer informasi yang tidak dapat dijelaskan oleh mekanisme fisik atau biologis yang diketahui. Telepati, salah satu konsep ESP yang paling dikenal luas, diklasifikasikan sebagai fenomena pseudosains dalam bidang parapsikologi, sebuah disiplin ilmu yang berupaya mempelajari kemungkinan persepsi ekstrasensori menggunakan metode ilmiah.

Namun, tidak ada bukti konklusif yang pernah mendukung keberadaan telepati. Dari sudut pandang neurologis, telepati dianggap mustahil, karena otak berfungsi melalui sinyal listrik dan neurotransmitter kimia dalam jaringan saraf - tidak satu pun dari keduanya meninggalkan tubuh. Menurut pemahaman ilmiah saat ini, tidak ada mekanisme yang diketahui yang memungkinkan pikiran ditransmisikan ke luar tubuh.

Efek Audiens

Para pemain yang mengidentifikasi diri sebagai " mentalis " atau ilusionis pikiran sering kali mencoba menciptakan kesan bahwa mereka memiliki persepsi ekstrasensori (ESP). Dalam pertunjukan yang diadakan di hadapan banyak penonton, mereka mungkin melakukan apa yang disebut eksperimen "telepati", meminta penonton untuk menebak angka yang seharusnya mereka pikirkan — biasanya antara satu dan sepuluh.

Penampil menyajikannya sebagai permainan probabilitas, yang menyatakan bahwa jika 10 persen penonton menebak angka dengan benar, tebakan tersebut diharapkan berdasarkan keberuntungan. 

Namun, jika lebih dari 10 persen berhasil, tersirat bahwa pesan tersebut telah terkirim secara telepati. Penonton kemudian diminta untuk mengangkat tangan jika mereka memikirkan angka tujuh—dan di tengah kerumunan besar, lebih dari 30 persen mungkin melakukannya. Apakah ini membuktikan adanya komunikasi telepati? Belum tentu.

Penjelasan psikologis untuk hasil yang mengejutkan ini terletak pada fenomena yang dikenal sebagai stereotip populasi. Ketika diminta untuk memilih angka secara acak, kita cenderung berasumsi bahwa pilihan kita akan didistribusikan secara merata di semua pilihan yang tersedia. 

Namun, pada kenyataannya, pola pikir manusia tidak benar-benar acak—angka tertentu dipilih jauh lebih sering daripada yang lain, bahkan ketika pilihan tersebut berasal dari berbagai pilihan.

Pola ini muncul dalam tugas serupa dengan sedikit variasi, seperti upaya untuk "mentransmisikan" bentuk atau warna tertentu secara telepati. Ketika diminta untuk memilih warna acak, orang-orang cenderung memilih biru. 

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved