Kotamobagu Sulawesi Utara
Kisah Rian Kaeng: Guru Sekaligus Petani Cabai di Kotamobagu, Termotivasi Gara-Gara Ikut Komunitas
"Pas harga itu naik, modal awal saya pertama langsung tertutup bahkan masih ada untung," jelasnya.
Penulis: Sujarpin Dondo | Editor: Isvara Savitri
TRIBUNMANADO.CO.ID, KOTAMOBAGU - Rian Kaeng merupakan seorang guru yang kepincut jadi petani cabai di Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara.
Rian Kaeng adalah seorang guru olahraga di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Matali yang ada di Kotamobagu.
Kesehariannya yang sibuk mengurus murid di bidang olahraga ini ternyata tidak memupus harapan hanya dengan satu profesi saja.
Sembilan tahun berprofesi sebagai guru membuatnya penasaran dengan profesi lain seperti petani rica.
Awalnya di tahun 2015 Rian hanya coba-coba menjadi petani rica usai dirinya melaksanakan tugas sebagai seorang guru setiap hari.
Karena pengalaman yang masih kurang, di awal dirinya sempat beberapa kali gagal panen.
Namun, Rian tak patah semangat.
Dirinya mencoba masuk ke salah satu komunitas petani rica yang ada di Kotamobagu yakni Komunitas Mareta Totabuan untuk menambah wawasan soal perawatan tanaman ini.
Dari sini Rian kembali mencoba peruntungannya lewat pelatihan-pelatihan serta membuka komunikasi dengan sesama petani rica agar bisa mendapatkan hasil yang baik.
Hingga satu waktu, saat musim panen harga rica melejit dibarengi dengan hasil panen yang bagus.

"Waktu itu, harga rica tiba-tiba naik tepat saat masa panen rica di kebun saya. Kalau tidak salah harganya Rp 75 ribu per kilogram," ucap Rian kepada Tribunmanado.co.id, Rabu (29/1/2025).
Saat panen itu, dirinya meraup keuntungan yang luar biasa hingga kerugiannya di beberapa panen sebelumnya tertutupi.
"Pas harga itu naik, modal awal saya pertama langsung tertutup bahkan masih ada untung," jelasnya.
Rian terus mengembangkan kemampuannya di bidang penanaman rica ini.
"Setelah panen tersebut, saya jadi lebih semangat untuk mengurus tanaman rica saya meski profesi guru terus dia lakukan setiap hari," tambahnya.
Pengalaman paling berkesannya adalah saat memasuki Natal 2023.
Saat itu harga rica melambung hingga Rp 200 ribu per kilogram.
"Saya panen saat itu mulai dari harga Rp 80 per kilogram hingga akhirnya kloter terakhir harga rica sudah jadi Rp 200 ribu. Kalau ditotal hasil panen saya waktu itu sekitar 500 kg," ucapnya.
Lewat hasil itu, dirinya merasa sangat puas dengan hasil yang didapat mengingat perjalanannya selama merawat tanaman rica hingga panen itu cukup berat.
"Saat itu musim panas, jadi saat malam saya harus bangun subuh untuk timba air selama perawatan hampir 2 bulan seperti itu. Namun hasil tidak akan pernah menghianati kerja keras," ucapnya.
Baca juga: Hari Ke-1.070 Perang Rusia-Ukraina: Washington Kirim 90 Rudal Patriot ke Kyiv
Baca juga: Daftar 7 Versi Membaca Lafaz Doa Iftitah Pendek
Dari pengalaman tersebut, saat ini Rian konsisten menjadi petani rica di Kotamobagu.
Apalagi dirinya saat ini ia juga sudah menjadi anggota Komunitas Mareta Totabuan di Kotamobagu.
Pesannya, apapun pekerjaan Anda bila dilakukan dengan sabar dan perjuangan yang tidak setengah-setengah, pasti hasil tidak akan mengecewakan.(*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya
Gaji dan Tunjangan DPRD Kotamobagu Rp 25 Juta, Terkecil di BMR Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Rendy Virgiawan Mangkat Terpilih Jadi Ketua KONI Kotamobagu Periode 2025–2029 |
![]() |
---|
Pemprov Sulawesi Utara dan Kodam XIII/Merdeka Gelar Baksos Kesehatan di Kotamobagu |
![]() |
---|
Gadaikan Motor Sewaan, Pria Asal Kotamobagu Sulawesi Utara Ditangkap Polisi |
![]() |
---|
71 Kasus DBD Tercatat di Kotamobagu Sulut, Berikut Data dari Dinas Kesehatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.