Analisa Kasus Rumit Trump dengan TikTok: Terkait Miliader AS?
Donald Trump menyatakan perang terhadap TikTok, aplikasi media sosial milik Tiongkok yang dibuat oleh ByteDance.
TRIBUNMANADO.CO.ID, Washington DC - Pada tahun 2020, selama masa jabatan pertamanya sebagai Presiden AS, Donald Trump menyatakan perang terhadap TikTok, aplikasi media sosial milik Tiongkok yang dibuat oleh ByteDance.
Ia menuduh platform tersebut mengizinkan Partai Komunis China mengakses informasi pribadi warga Amerika, termasuk lokasi pegawai pemerintah dan kontraktor federal.
Menyebut TikTok sebagai ancaman keamanan nasional, Trump mengeluarkan perintah eksekutif untuk melarang operasinya, dengan peringatan, "TikTok memberi China kekuasaan yang sangat besar atas data pribadi kita."
Para kritikus berpendapat kekhawatiran Trump lebih dari sekadar keamanan, yang menunjukkan bahwa ia khawatir TikTok memengaruhi pemilih muda Amerika. Aplikasi tersebut tidak hanya dianggap sebagai risiko data, tetapi juga sebagai platform yang mampu mengganggu stabilitas politik AS.
Pada tahun 2023, pemerintahan presiden Joe Biden saat itu mengambil sikap serupa, dengan undang-undang bipartisan pada bulan April yang memberlakukan pembatasan pada perusahaan milik asing seperti TikTok.
Meskipun upaya pelarangan awal Trump gagal, undang-undang baru tersebut mengesahkan tindakan yang lebih luas untuk membatasi operasi platform tersebut karena risiko spionase.
Dalam perubahan yang mengejutkan, Trump bergabung dengan TikTok pada Juni 2024, menjadikannya alat utama dalam kampanye pemilihannya. Dalam waktu tiga bulan, ia mengumpulkan 15 juta pengikut, bahkan menyatakan di Truth Social, “Pilih saya jika Anda ingin 'menyelamatkan TikTok'.” Ini menandai perubahan dramatis dari pendiriannya sebelumnya.
Trump juga menjalin hubungan dengan CEO TikTok Shou Zi Chew, menjamunya di Florida dan mengundangnya ke acara-acara resmi, termasuk pelantikannya.
Saat pembatasan baru mulai berlaku, Trump mengumumkan rencana untuk memberikan penangguhan hukuman kepada TikTok, yang memungkinkan platform tersebut untuk melanjutkan operasinya di AS. ByteDance dengan cepat mengucapkan terima kasih kepada presiden yang baru.
Inti dari aliansi ini adalah Jeffrey Yass, seorang miliarder Yahudi dan investor penting di ByteDance. Yass, yang mengumpulkan kekayaannya melalui teknologi dan pasar keuangan, memegang saham substansial di ByteDance dan mempertahankan hubungan langsung dengan Trump.
Sebagai donor utama Partai Republik dan platform media sosial Trump, Truth Social, Yass dilaporkan menjadi perantara pembicaraan antara Trump dan pimpinan TikTok, memanfaatkan kemitraan tersebut sebagai peluang bisnis yang langka.
Namun, peran ganda Yass — investor di ByteDance dan pendukung Trump — menimbulkan kekhawatiran tentang potensi konflik kepentingan. Pengaruhnya terhadap lanskap digital AS memicu pertanyaan tentang apakah kepentingan Amerika benar-benar menjadi prioritas.
Aliansi Trump-TikTok-Yass menggarisbawahi manfaat bersama: Trump menggunakan TikTok untuk pesan politik, sementara ByteDance mendapatkan dukungan politik dan finansial. Namun, konvergensi teknologi, politik, dan perdagangan ini sering kali mengesampingkan nilai-nilai demokrasi dan kepentingan publik.
Bahkan Elon Musk, sekutu Trump dan orang terkaya di dunia, mengkritik asimetri tersebut: Aplikasi China beroperasi dengan bebas di AS, sementara platform Amerika seperti X dilarang di China.
Dinamika Trump dengan TikTok mencerminkan era baru di mana aliansi ekonomi dan kepentingan bersama membentuk realitas bagi jutaan orang, sering kali dengan mengorbankan transparansi dan demokrasi. Pertanyaannya tetap: siapa yang benar-benar bertanggung jawab? (Tribun)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.