Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Catata Wartawan

Joker dan Salib

Bagi saya, "dosa" terbesar film ini adalah mengglorifikasi Joker si pembuat kekacauan sebagai pahlawan yang patut dipuja.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
HO
Ilustrasi - Yesus dan Joker. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Sejumlah kritikus menyebut Joker Folie a Deux adalah film gagal.

Saya kira demikian adanya. Sepakat.

Film tersebut mengandung banyak dialektika yang gagal dengan akhir tanpa klimaks.

Seperti tubuh yang goyang - goyang tanpa arah dan itu berarti pula tanpa nyawa. 

Bagi saya, "dosa" terbesar film ini adalah mengglorifikasi Joker si pembuat kekacauan sebagai pahlawan yang patut dipuja. 

Sementara Arthur Fleck, si rentan yang hina dina dan papah dipersonifikasi sebagai sampah dunia yang musti dibuang di neraka. 

Saat film menyorot Joker, suasana jadi bergairah. 

Joker bertingkah dan detik-detik jadi penuh sensasi.

Orang berteriak histeris di dalam layar, seakan hendak menarik penonton di bioskop ke dalam kegelapan yang penuh gairah. 

Sebaliknya saat muncul Arthur, layar jadi mendung. 

Dunia seakan berada dalam rawa payah. 

Tanpa gairah, hampa, sentimentil. 

Tiada harap. Saat Joker hilang di akhir cerita, semesta menghujat Arthur.

Ia tak pantas jadi spot light.

Dia begitu miskin, rapuh, tak berdaya, jelek, tak waras, sepi dan menjijikkan.

Sebuah tanya mengapung, mengapa hanya ada Arthur di akhir cerita ; juga mengapa sosok demikian ada dalam realita kita.

Namun dalam sejarah, ada manusia yang lebih miskin dari Arthur Fleck.

Ia pencipta alam semesta, sang Alfa dan Omega, tapi berinkarnasi menjadi manusia yang serba terbatas.

Dia kaya tapi memilih dilahirkan dalam keluarga miskin yang tak terpandang dan dalam kandang binatang pula. 

Saya kira semiskin miskinnya manusia, tak ada yang lahir di kandang binatang. Dia hidup miskin. Tunawisma pula.

"Anak manusia tidak ada tempat untuk meletakkan kepalanya"

Banyak orang menganggapnya gila. Ada pula yang menudingnya kerasukan setan.

Yang paling tragis, adalah ia mati dengan cara paling terkutuk kala itu ; disalib.

Di atas kayu salib, Yesus sederajat dengan penjahat terkutuk.

Dia, Yesus, adalah manusia paling miskin, paling menderita, paling sengsara sepanjang sejarah. 

Tapi dari tubuh yang diremukkan itu, kita semua sembuh.

Jika Yesus turun ke dunia sebagai seorang pahlawan atau patriot bangsa dengan kebanggaan dan hegemoni mengalahkan romawi sebagaimana impian Yahudi, maka semua manusia akan mati seperti Adam.

Tapi Yesus turun dari surga dan menderita sebagai manusia papah.

Dia melakukan itu karena cintaNya Itulah cinta sejati. 

Cinta yang turun dari atas, yang menjangkau ke bawah, datang dari tempat mulia untuk menebus yang hina.

Salib adalah keagungan Allah. Kemuliaan tertinggi Allah terjadi di tempat dimana kemuliaan itu justru tidak tampak.

Saya membayangkan, saat Yesus disalib, kaum pencari kemuliaan dan pemuja pesta serta hegemoni termasuk Joker ada di sisi kirinya

Dalam kesakitan, Joker masih bisa tertawa dan ia menghujat Yesus.

Sementara orang lemah, hina, kalah,  tertindas (Sebagian mirip Arthur Fleck tapi mungkin bukan Arthur Fleck) dan mengakui kebangkrutan rohaninya di hadapan Allah memohon ampun sembari berseru,

“Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”. (Arthur Rompis)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved