Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pilkada di Boltim

Boltim Punya Banyak Figur Potensial Sementara Masyarakat Semakin Kritis dalam Memilih Pemimpin

Pilkada di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sulawesi Utara, semakin menarik perhatian publik.

Dokumentasi Josep Kairupan
Pengamat Politik Sulut, Josep Kairupan. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sulawesi Utara, semakin menarik perhatian publik.

Apalagi Bupati dan Wakil Bupati, Sam Sachrul Mamonto dan Oskar Manoppo, menjadi pusat perhatian.

Pengamat Politik, Josep Kairupan, memberikan pandangannya terkait dinamika politik yang terjadi di daerah tersebut.

Kairupan mengungkapkan bahwa situasi politik di Boltim menunjukkan adanya banyak kandidat potensial yang siap bersaing memperebutkan kursi kepala daerah.

"Boltim memiliki banyak kader dan figur yang berpotensi menjadi kandidat terbaik," ujarnya, Senin (5/8/2024)

Menurutnya, para calon ini memiliki latar belakang yang beragam dan dukungan yang kuat dari berbagai partai politik.

Dalam analisisnya, Kairupan juga menyoroti peran penting partai politik dalam proses Pilkada.

"Setiap partai memiliki ambisi untuk menguasai kekuasaan eksekutif," kata Kairupan.

Ia menekankan bahwa persaingan ini tidak hanya soal individu calon, tapi juga tentang strategi partai dalam menggalang dukungan.

"Dengan ego yang tinggi dari masing-masing partai, peluang terjadinya kotak kosong dalam Pilkada mendatang sangat kecil," tambahnya.

Lebih jauh, Kairupan menilai bahwa masyarakat Boltim kini semakin kritis dalam memilih pemimpin.

Mereka tidak hanya melihat pada popularitas, tetapi juga kemampuan para calon untuk menjaga keutuhan dan stabilitas pemerintahan.

"Masyarakat semakin peka terhadap figur pemimpin yang dapat dipercaya dan mampu menjaga kesatuan dalam pemerintahannya," jelasnya.

Kemudian, soal isu pecah kongsi di dunia politik sudah menjadi hal yang biasa dan bukan lagi hal luar biasa.

Menurutnya, perbedaan prinsip dalam partai yang berbeda sering menjadi pemicu utama terjadinya pecah kongsi.

Akibatnya, masyarakat terpecah menjadi kelompok-kelompok yang memihak pada salah satu pihak.

"Fenomena ini menunjukkan bahwa figur yang selama ini dipercaya untuk memimpin ternyata tidak mampu menjaga keutuhan kepemimpinannya," pungkasnya. (Pet)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved