Gerakan PBNU Rebut PKB, Pengamat: Absurd Meski PKB Didirikan Tokoh NU
Wacana Pengurus Besar Nahdlatul Ulama merebut Partai Kebangkitan Bangsa disoroti publik. PKB mempunyai entitas yang berdiri sendiri sebagai partai.
TRIBUNMANADO.CO.ID, Jakarta - Wacana Pengurus Besar Nahdlatul Ulama merebut Partai Kebangkitan Bangsa disoroti publik. PKB mempunyai entitas yang berdiri sendiri sebagai sebuah partai politik.
Meski diakui PKB memiliki basis massa dari kalangan masyarakat NU.
Pengamat politik Dedi Kurnia Syah mengatakan wacana PBNU merebut PKB merupakan hal yang absurd atau tak masuk akal.
Diketahui PBNU telah membentuk panitia khusus (pansus) terkait Partai kebangkitan Bangsa (PKB). Tim tersebut dibentuk sebagai upaya PBNU untuk meluruskan sejarah sekaligus merebut kembali PKB ke pemilik sahnya yakni PBNU.
“Wacana atau gerakan PBNU dalam membentuk panitia khusus atau tim khusus terkait upaya mengembalikan PKB ke NU ini saya kira adalah wacana yang absurd. Wacana yang yang lebih kental semacam halusinasi PBNU,” kata Dedi dihubungi Jumat (2/8/2024).
Menurutnya meskipun PKB didirikan oleh tokoh-tokoh NU. Wacana itu tidak mendasar sama sekali, karena PKB sebuah entitas yang berdiri sendiri.
“Struktur PKB tidak berada di dalam tubuh NU. Tidak berada di dalam tubuh PBNU, sehingga mengupayakan untuk mengembalikan PKB itu sesuatu yang tidak masuk akal,” kata Dedi.
Tak hanya itu menurutnya wacana tersebut sesuatu yang mengada-ada. Serta kemunduran berpikir sekaligus kemunduran kegiatan PBNU sepanjang sejarah.
“Kalaupun PBNU tetap menginginkan (PKB) misalnya karena punya catatan sejarah PKB harus kembali ke NU. Maka seharusnya dia (PBNU) melakukan langkah-langkah yang dulu pernah dilakukan oleh Yenny Wahid ikut kontestasi di pemilihan ketua umum PKB,” kata Dedi.
Lalu kemudian melakukan gugatan, ditegaskannya hal itu merupakan proses yang benar. Cara-cara yang dibenarkan dalam konteks organisasi.
“Sementara yang dilakukan oleh PBNU hari ini, selain mengada-ngada saya kira halusinasi. Artinya kalau sampai PKB bisa direbut oleh PBNU tanpa melalui mekanisme yang semestinya. Maka ini sebuah kejadian yang yang cukup mengkhawatirkan bagi parpol lain,” tegasnya.
Sebelumnya Eks Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lukman Edy mengatakan bahwa saat ini Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKB tengah memantau memanasnya hubungan antara PBNU dan PKB.
Dikatakannya DPW dan DPC PKB tengah menunggu momentum untuk bersikap. Memutuskan melanjutkan kepemimpinan Cak Imin di PKB atau menghentikannya.
Diketahui Panitia Khusus (Pansus) yang bertugas mendalami hubungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mulai bekerja. Teranyar hari ini Lukman Edy dimintai keterangannya oleh PBNU.
“Tidak ada pembicaraan seperti itu (Ganti posisi Cak Imin di PKB), hanya saya katakan bahwa DPW, DPC itu sekarang sedang memantau perkembangan DPP (PKB) seperti apa, memantau perkembangan PBNU seperti apa,” kata Lukman kepada awak media di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (31/7/2024).
Sampai pada saatnya nanti kata Lukman, DPW dan DPC akan bersikap kepemimpinan PKB itu apakah perlu dipertahankan atau diganti.
“Tapi saya katakan kepada PBNU tadi, kepada tim, bahwa Cak Imin ini terlalu lama memimpin, sudah 19 tahun hampir 20 tahun memimpin PKB,” jelasnya.
Adapun terkait kemungkinan bakal adanya Muktamar Luar Biasa PKB, ia menegaskan hal itu tidak akan terjadi. Hal itu kata Lukman karena opsi tersebut sudah dihapuskan.
“Kalau Muktamar Luar Biasa PKB tidak ada, karena Muktamar PKB di Bali menghapus Muktamar Luar Biasa. Jadi yang ada hanya Muktamar biasa, jadi banyak yang dihapus di AD ART Muktamar Bali itu. Muktamar luar biasa dihapus, kewenangan Dewan Syuro dihapus, banyak yang dihapus,” tegasnya.
Sebelumnya Eks Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKB, Muhammad Lukman Edy jelaskan kedatangannya ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta Pusat, pada Rabu (31/7/2024).
Lukman menerangkan kedatangannya itu membahas hubungan PBNU dan PKB yang saat ini tengah memanas.
Adapun pantau Tribunnews.com di lokasi, eks Sekjen PKB itu datang sekira 12.00 WIB ke kantor PBNU, dan selesai penuhi undangan itu sekira 14.00 WIB.
“Saya datang memenuhi undangan PBNU. Dalam hal ini PBNU mengundang saya sebagai amanah dari Rakernas beberapa waktu yang lalu. Yang ingin mendalami masalah hubungan NU-PKB yang memanas akhir-akhir ini,” kata Lukman kepada awak media.
Kemudian diterangkannya ada keinginan kuat dari PBNU untuk mengetahui sebenarnya substansi dari persoalan NU dan PKB.
“Semenjak beberapa tahun terakhir, semenjak pilpres, muktamar NU di Lampung kok terjadi hubungan, komunikasi yang tidak baik antara PBNU dengan PKB,” terangnya.
(Tribunnews.com Rahmat W Nugraha)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.