Kotamobagu Sulawesi Utara
Ridwan Ayah dari Mahasiswi Sulut Fadhila Abdul yang Meninggal di Yogyakarta: Allah Titip ke Kami
Keluarga Almarhumah Fadhila tinggal di Kelurahan Mongkonai Barat, Kecamatan Kotamobagu Barat, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut).
Penulis: Diki Cahya Mulya Gobel | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Keluarga dari seorang Mahasiswi Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Ulfiyah Fadhila Abdul merasa sangat terpukul dengan kabar meninggalnya anak mereka.
Keluarga Almarhumah Fadhila tinggal di Kelurahan Mongkonai Barat, Kecamatan Kotamobagu Barat, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara (Sulut).
Kepada Tribunmanado.co.id, Kamis (25/7/2024) sang ayah, Ridwan Abdul, membagikan cerita tentang sosok anak sulungnya itu.
Ridwan menuturkan bila Fadhila merupakan anak yang sangat taat kepada orang tuanya.
“Sosoknya pintar, nurut sama orang tua. Taat menjalankan kewajiban agama. Tapi dia sangat polos,” katanya.
Ridwan mengatakan bila almarhum punya cita-cita mulia, yakni ingin membanggakan kedua orang tuanya.
Diketahui, Fadhila merupakan mahasiswi Semester VIII di Prodi Keperawatan Anestesiologi Fakultas Ilmu Kesehatan.
Menurut Ridwan, anaknya itu sangat konsen dalam kuliahnya.
“Konsen di kuliahnya. Orangnya sangat memegang komitmen,” ucapnya.
Saking konsennya, menurut Ridwan anaknya itu sudah mau wisuda di akhir Oktober nanti.
Ridwan juga menuturkan bila setiap hari saling tukar kabar dengan anaknya itu.
Fadhila merupakan anak sulung dari tiga bersaudara.
Ridwan kemudian menceritakan bila saat kejadian meninggalnya sang anak, tidak diketahuinya.
Sebab, dirinya masih bekerja dan berada di hutan.
Ridwan yang bekerja sebagai anggota Polisi Kehutanan, harus turun lapangan, dan beberapa hari belum saling tukar kabar dengan anaknya itu dikarenakan susah sinyal.
Setelah hari ke lima di hutan, Ridwan mengaku baru bisa mendapatkan jaringan dan langsung menelpon anaknya.
Tapi, tidak ada yang menjawab. Beberapa saat kemudian, dirinya dihubungi pimpinannya untuk langsung pulang ke rumah.
“Tim saya memang tidak menyampaikan kejadiannya, karena menjaga mental saya. Nanti hari ke lima diminta pimpinan untuk turun,” tuturnya.
Di saat perjalanan pulang pun, dirinya tak diberitahu akan kabar duka tersebut.
Setelah sampai dirinya syok karena mendapat rumahnya sudah terpasang tenda dan mulai ramai orang-orang berdatangan, tanpa memberitahunya satu kata pun.
Setelah ditenangkan oleh keluarga dan diberitahukan oleh sang kakak, hati Ridwan merasa tersayat, harus menerima kabar duka tersebut.
“Tidak sempat menguburkan. Saya sampai baru diberitahu kakak saya. Setelah tahu, saya langsung menuju makam,” kata Ridwan dengan nada yang mulai rendah.
Ridwan tak menyangka bila komunikasi terakhir dengan anaknya di hari sebelum ia berangkat kerja.
Bahkan, sang putri sempat ingatkan tentang ulang tahunnya yang genap 22 tahun, yang jatuh di tanggal 27 Juli nanti.
“Sempat bilang ‘Pa jangan lupa ya hadiah ulang tahun. Mau sepatu’ saya jawab iya pasti dibelikan,” tutur Ridwan dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Ridwan mengatakan bila sejak kecil, Fadhila sudah manja kepadanya.
Meski berat, kepergian sang putri sudah diikhlaskan dirinya dan keluarga.
“Secara hakikat anak ini Allah titipkan ke kami (orang tua), dan sekarang sudah diambil. Secara ke dalam (hati) ada rasa memberontak. Tapi kami harus kuat, ikhlas,” ucapnya dengan lembut.
Ridwan juga mengatakan bila dua kali dalam setahun, Fadhila pasti pulang ke Kotamobagu. Namun, di tahun ini, terakhir pulang tepat di Hari Raya Idul Fitri. Sebab, di lebaran selanjutnya, Idul Adha, Fadhila sementara mengerjakan skripsinya.
Jauh hari sebelum kejadian, Ridwan mengaku sudah merasakan tanda-tanda yang akan terjadi pada anak sulung itu.
“Sudah ada seperti tanda (secara intuisi), Idul Fitri itu dia pakai baju beda warna. Kami keluarga hijau, dia maunya hitam. Ada juga tulisan WA di grub keluarga yang katanya ‘seorang ayah yang rapuh karena ditinggal anaknya’. Saya juga bingung, apakah ini becanda atau apa?” ucap Ridwan.
Bahkan di saat Ridwan di hutan, tepat di hari kejadian meninggalnya almarhum, dirinya sempat merasakan kehadiran sosok anaknya. Juga, bermimpi tentangnya.
“Sempat merasakan kehadirannya saat sedang tidur, waktu di hutan. Dan juga muncul dalam mimpi,” katanya.
Saat ini, Ridwan mengaku masih terus berkomunikasi dengan kepolisian dan pemerintah yang ada di Yogyakarta atas kejadian yang menimpa putrinya itu.
“Menurut informasi dari kepolisian, ada dua hal yang masih dalam proses penyelidikan, terkait laka lantas dan dugaan penghadangan, seperti begal,” tuturnya.
Ridwan juga berencana pada pekan depan bakal berangkat ke Yogyakarta, untuk mencari tahu perkembangan penyelidikan atas kasus tersebut.
Ridwan juga berharap agar pemerintah dan aparat kepolisian bisa serius dalam menyelidiki kejadian yang menimpa anaknya itu.
“Harapannya agar ada upaya-upaya pencegahan dari pemerintah akan kasus semacam ini. Berharap agar hal ini bisa diseriusi,” kata Ridwan.
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Bergabung dengan WA Tribun Manado di sini >>>
Simak Berita di Google News Tribun Manado di sini >>>
Baca Berita Update TribunManado.co.id di sini >>>
Gaji dan Tunjangan DPRD Kotamobagu Rp 25 Juta, Terkecil di BMR Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Rendy Virgiawan Mangkat Terpilih Jadi Ketua KONI Kotamobagu Periode 2025–2029 |
![]() |
---|
Pemprov Sulawesi Utara dan Kodam XIII/Merdeka Gelar Baksos Kesehatan di Kotamobagu |
![]() |
---|
Gadaikan Motor Sewaan, Pria Asal Kotamobagu Sulawesi Utara Ditangkap Polisi |
![]() |
---|
71 Kasus DBD Tercatat di Kotamobagu Sulut, Berikut Data dari Dinas Kesehatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.