Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bolmong Sulawesi Utara

Menjaga Kelestarian Bahasa Mongondow Lewat Interaksi dari Lingkungan

Bahasa daerah yang dalam konteks ini adalah bahasa Mongondow memang masih banyak dituturkan oleh orang Mongondow

Penulis: Sujarpin Dondo | Editor: Indry Panigoro
HO
Uwin Mokodongan Penggiat Budaya Monibi Institute 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Bahasa daerah tentu memiliki cirinya sendiri dan karakteristik yang berbeda antara satu bahasa dengan bahasa yang lain.

Sebenarnya ini adalah keunikan tersendiri dan merupakan penanda sebuah identitas suatu daerah sehingga penting dilestarikan dengan cara terus menuturkannya dimana saja terutama di lingkungan keluarga, yakni dimulai dari rumah. 

Bahasa daerah yang dalam konteks ini adalah bahasa Mongondow memang masih banyak dituturkan oleh orang Mongondow meski harus diakui bukan tak ada orang Mongondow yang justru sudah tidak bisa menuturkan bahasanya sendiri.

Uwin Mokodongan, penggiat budaya di Monibi Institute mengatakan sekadar mengambil contoh hasil riset di lapangan, dalam satu rumah yang terdiri dari orang tua dan anak, ada yang sudah tidak bisa menuturkan bahasa Mongondow padahal notabene mereka adalah asli dari suku Mongondow,  namun sudah kesulitan dalam bertutur menggunakan bahasa daerahnya. 

"Ada juga dalam satu rumah tangga, tinggal orang tua yang bisa bertutur menggunakan bahasa Mongondow, namun anak-anak mereka benar-benar kesulitan bahkan tidak tahu menuturkannya," ucap Uwin kepada Tribun Manado Kamis (25/07/2024). 

Ini sebenarnya menjadi tanda awas sebab jika ini terus terjadi, maka tidak menutup kemungkinan bahasa Mongondow akan mengalami kepunahan ketika bahasa ini tak terwariskan lagi ke generasi selanjutnya. 

Uwin Mokodongan Penggiat Budaya Monibi Institute
Uwin Mokodongan Penggiat Budaya Monibi Institute (HO)

"Jika para penutur bahasa Mongondow tinggal orang tua, dan tidak mewariskannya kepada anak-anak maka lahir generasi selanjutnya yang kesulitan atau sudah tidak bisa bertutur menggunakan bahasa daerahnya yakni bahasa Mongondow, " ucapnya. 

Kondisi ini sebenarnya terjadi sejak di dalam rumah.

Artinya, orang tua sudah tidak membiasakan bahasa Mongondow digunakan dalam berkomunikasi dengan anak-anaknya.

"Sebagai pengganti yang dituturkan di dalam rumah adalah bahasa kedua yakni bahasa melayu Manado misalnya, kondisi ini diperparah pula dengan keadaan lingkungan yang juga tidak menuturkan bahasa Mongondow, " jelasnya. 

Inilah yang kemudian menjadi penting untuk dibahas bersama, semua harus terlibat. 

Bukan hanya pemerintah melalui instansi terkait tapi dimulai dari inti keluarga terkecil.

"Jika ada orang Mongondow saat ini yang sudah tidak bisa berbahasa Mongondow, mengapa tak berkeinginan untuk belajar sebelum bahasa ini punah, " jelasnya. 

Menurutnya tak ada cara lain dalam menjaga bahasa daerah tetap lestari kecuali menuturkannya.

"Caranya adalah tuturkanlah bahasa daerah seperti bahasa ongondow mulai di dalam rumah, ditularkan atau diwariskan kepada anak-anak, " ucapnya. 

Untuk menjaga kelestariannya harus lahir kesadaran kolektif bahwa bahasa daerah adalah sebuah kekayaan yang harus dijaga dan dipertahankan

"Faktor kedua mungkin orang tua menganggap bahasa daerah sudah tidak memegang peranan penting dalam kehidupan sehingga tidak menuturkan atau mengajarkannya lagi ke generasi berikut," katanya.

Lanjutnya kondisi ini diperparah kembali oleh sikap anak muda yang menganggap bahasa daerah itu tidak kekinian, kuno sehingga malu ketika digunakan dalam berinteraksi, bergaul, atau berkomunikasi seolah-olah merupakan kebenaran yang diyakini anak muda bahwa bahasa daerah itu tidak gaul, 

Baca Berita Lainnya di: Google News

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved