Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Viral

Viral Sang Anak Tak Lolos PPDB Tahap 1, Ayah pun Ukur Jalan Secara Manual ke Sekolah

Baru-baru ini, sebuah video tentang seorang pria di Bogor, Jawa Barat, menjadi viral di media sosial.

Editor: Alexander Pattyranie
TribunMedan.com
Tangkapan layar video Viral Sang Anak Tak Lolos PPDB Tahap 1, Ayah pun Ukur Jalan Secara Manual ke Sekolah. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Baru-baru ini, sebuah video tentang seorang pria di Bogor, Jawa Barat, menjadi viral di media sosial.

Dalam video itu, pria tersebut mengukur jarak antara rumahnya dan sebuah sekolah, yang ternyata adalah SMA Negeri 3 Bogor.

Alasan pria tersebut mengukur jarak adalah karena anaknya tidak diterima di sekolah tersebut melalui sistem zonasi, yang merupakan bagian dari penerimaan siswa baru (PPDB) untuk tahun ajaran 2024/2025.

PPDB adalah sistem yang dibuat oleh Menteri Pendidikan untuk mengatur penerimaan siswa baru di sekolah-sekolah di Indonesia.

Sistem ini bertujuan untuk memudahkan pendaftaran, memberikan akses informasi yang jelas, dan membuat proses penerimaan lebih tertib dan terpantau.

Namun, sistem ini masih menghadapi berbagai masalah di masyarakat.

Video yang viral ini, salah satunya diposting oleh akun @folkshitt, memperlihatkan cuplikan dari sebuah stasiun TV Indonesia.

Dalam video itu, sang ayah terlihat mengukur jarak dari rumahnya ke sekolah dengan menggunakan sebatang kayu.

Tanpa merasa malu, pria tersebut terus mengukur hingga mencapai tembok gerbang SMA Negeri 3 Bogor.

Menurut perhitungan manualnya, jarak dari rumahnya ke sekolah hanya sekitar 702 meter.

Sayangnya, anaknya dinyatakan tidak lulus pada PPDB tahap 1 yang diadakan pada 3 Juni 2024 lalu.

"Saya ingin memastikan, bahwa rumah saya dengan sekolah itu, jika ditempuh hanya 10 menit, yang artinya tidak berjauhan dengan sekolah", kata Billy Andhriyaksa selaku orang tua murida yang tak diterima pada sistem PPDB.

Pria tersebut juga mengungkapkan kekecewaannya dengan sistem yang diberlakukan bagi para siswa yang ingin melanjutkan sekolah dengan jalur tersebut.

"Saya juga ingin memastikan, apakah kami masyarakat sekitar sini, masih mempunyai hak untuk menyekolahkan anak kami di sekolah tersekat atau tidak. Ternyata sistem (PPDB) ini sama sekali membuat kami merasa tidak punya keadilan" curah Billy.

Selain pria tersebut, beberapa orang tua wali murid lainnya diketahui juga mengalami hal yang sama.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved