Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Manado Hari Ini

Sudah 10 Tahun Pembangunan di Lokasi Eks Pacuan Kuda di Manado Terhenti, Berikut Potret Terkini

Pembangunan perumahan tak selesai. Kini 2024, sudah 10 tahun bangunan-bangunan awal perumahan dibiarkan begitu saja. 

Penulis: Rhendi Umar | Editor: Handhika Dawangi
Tribun Manado/Rhendi Umar
Eks arena pacuan kuda di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Foto terkini Senin 3 Juni 2024. 

Jovani, salah satu warga sekitar mengatakan, dulu Pasar Buha sempat ramai saat pertama kali dibuka oleh Pemerintah Kota Manado. "Tetapi tidak bertahan lama hanya sekitar satu bulan, akhirnya Pasar Buha sunyi ditinggalkan pedagang," jelasnya.

Adi, warga lainnya, membenarkan bahwa pasar hanya beroperasi satu bulan. "Yang saya tahu ramai cuma satu bulan saja. Setelah itu jadi sunyi lalu pedagang tidak mau jualan lagi," ujar dia, Sabtu (25/5).

"Jadi alasan yang pertama karena sunyi sehingga pedagang merasa rugi jadi lebih memilih pergi dari pasar ini," lanjut Adi.

Penyebab lainnya, letak pasar tidak strategis dan berdekatan dengan TPA Sumompo. "Pedagang dan pembeli juga mengeluh bau sampah karena dekat dengan TPA. Itu juga jadi alasan kuat. Keluhan yang lain juga terkait dengan akses masuk ke pasar yang terlalu jauh jadi tidak ada mobil penumpang yang masuk," jelasnya.

Menurutnya gedung-gedung yang ada di Pasar Rakyat Buha ini masih terbilang bagus sampai saat ini. "Kalau saya jadi pemerintah, manfaatkan lagi ini gedung, buat apa gitu, agar tidak terbengkalai seperti ini," kata dia.

Pasar Kayubulan

Kondisi Pasar Restorasi di Kayubulan, Malalayang, juga sama memprihatinkan. Pantauan Tribun Manado, Jumat (24/5/2024), atap dan plafon bangunan rusak dan berlubang. Rumput liar dan pecahan kaca ada di mana-mana. Selain itu, dinding bangunan dipenuhi coretan.

Kios-kios kotor dan membuat suasana pasar mencekam. Menurut warga sekitar, letak pasar yang jauh dari pemukiman dan pusat kota menjadi penyebab utama kegagalannya. "Kata penjual, tempatnya terlalu jauh," ujar Tabita, salah satu warga. Dia berharap pasar ini dapat segera difungsikan kembali atau dialihfungsikan agar tidak menjadi monumen kesia-siaan.

Rp 20 juta per bulan

Dirut PD Pasar Manado Lucky Senduk menjelaskan, sejauh ini pihaknya sudah melakukan berbagai upaya agar seluruh di Pasar di Kota Manado selalu dalam kondisi ramai, termasuk di Pasar Wisata Bunaken.
Ia membantah anggapan beberapa pasar di Manado banyak yang tidak terurus. Pasalnya, timnya setiap pekan datang melakukan pembersihan hingga membayar listrik.

"Seperti di Pasar Tongkaina itu, kita tiap minggu datang membersihkan, sampai listrik kita bayar semuanya, bayar air dan petugas kebersihan dan tiap bulan kami membayar sekitar Rp20 juta," jelasnya.

Lucky menjelaskan, usaha membuat ramai Pasar Tongkaina dilakukan dengan merangkul beberapa kelompok keagamaan dari Muslim dan Kristen agar bisa datang ke Tongkaina.

"Tanpa biaya kita fasilitasi, minimal agar pasar Tongkaina bisa dikenal dan mereka mau datang," ujar dia.
Terkait Pasar Kayubulan dan Pasar Buha, Lucky mempersalahkan pemerintahan sebelumnya. Ia mengaku heran soal penunjukan lokasi pasar tersebut yang sulit akses kendaraan.

"Intinya di sini penunjukan pasar di ujung-ujung itu ada studi bagaimana, karena kendaraan tidak bisa masuk. Di lokasi itu tidak ada trayek mobil,” kata dia.

Menurutnya, warga yang naik ojek motor ke lokasi dua pasar itu kebanyakan harus membayar ongkos dari Rp15 ribu sampai Rp30 ribu. "Orang-orang mungkin berpikir dari biaya itu, ya kalau mau dihitung bisa untuk membeli beras 1 kilo," ujar dia.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved