Berita Viral
Sosok Jotti Karunawan Lulus S3 ITB Terima Penghargaan Wisudawan Berprestasi dengan Publikasi Terbaik
Bahkan nama Jotti Karunawan disebut sebagai penerima penghargaan wisudawan berprestasi dengan publikasi terbaik dari Program Doktor.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Viral sosok Jotti Karunawan.
Jotti Karunawan adalah lulusan Program Doktoral (S3) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Jotti Karunawan kini jadi perbincangan karena berhasil lulus S3 Program Studi Sains dan Teknologi Nano Sekolah Pascasarjana ITB dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna, yakni 3.98.
Tak hanya lulus dengan IPK nyaris sempurna, Jotti Karunawan bahkan menjadi penerima penghargaan.
Ia mendapat penghargaan sebagai wisudawan berprestasi dengan publikasi terbaik dari Program Doktor.
Sepanjang perjalanan menempuh program doktoral, Jotti sudah mempublikasikan 10 artikel dan 3 prosiding.
Artikelnya dimuat dalam jurnal internasional bereputasi dengan 8 artikel terindeks Q1 dan 2 artikel terindeks Q2.
Selama pendidikan doktor, Jotti dibimbing dua peneliti terbaik ITB yang juga peneliti paling berpengaruh di dunia, Ferry Iskandar sebagai supervisor; co-supervisor, Afriyanti Sumboja.
Hal tersebut mendorong Jotti untuk mengikuti jejak pembimbingnya dengan aktif melakukan publikasi dari setiap riset yang dilakukan.
Selain itu, Jotti mengaku bahwa jaringan kolaborasi serta fasilitas laboratorium yang memadai menjadi faktor penentu produktivitas dalam penelitian yang tidak kalah penting.
"Saat kita dibimbing oleh orang-orang hebat, kalau kita tidak bisa mendapat achievement yang sama setidaknya kita dapat habit yang sama."
"Dari situ menjadi terpikir bagaimana saya bisa beradaptasi dengan habit beliau berdua," terang Jotti seperti dikutip dari laman ITB, Rabu (29/5/2024).
Dalam dunia riset, Jotti dikenal sebagai satu dari sekian orang yang menekuni penelitian tentang baterai ion litium.
Topik penelitian ini sudah digelutinya sejak menempuh Program Magister Fisika ITB pada tahun 2018.
Ketertarikannya pada pengembangan energy storage terutama baterai ion litium dilatarbelakangi fakta bahwa Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang menjadi material baterai.
Keberadaan sumber daya alam yang melimpah harus dibarengi dengan sumber daya manusia yang kompeten. Sedangkan kampus yang memiliki fasilitas penelitian di bidang baterai sangat minim.
Perjalanan Riset Tak Mulus
Oleh karena itu, Jotti ingin memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Perjalanan risetnya dalam mengembangkan baterai ion litium tidak selalu berjalan mulus.
Pada dua tahun pertama, dirinya banyak menemui kesulitan yang berujung kegagalan karena minimnya pengalaman.
Namun hal tersebut tidak membuatnya menyerah. Jotti dengan kemauan serta kerja kerasnya berupaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang baterai melalui berbagai sumber.
Mulai dari jurnal penelitian terkait, seminar daring berskala internasional, hingga diskusi bersama kolega yang telah lebih dulu terjun dalam pengembangan teknologi baterai di luar negeri.
Usaha Jotti berbuah manis ketika risetnya mulai menemui titik terang saat menempuh pendidikan doktor.
"Begitu masuk ITB mendapat tantangan baru mengembangkan baterai ion litium tanpa (ada) background sama sekali. Di dua tahun awal struggle, diisi dengan kegagalan."
"Baru di awal-awal S3 mulai mendapat hasil yang bagus. Dari situ mulai senang untuk melakukan riset di bidang penyimpanan energi terutama baterai ion litium," ungkap Jotti.
Saat ini Jotti bergabung pada program postdoctoral kelompok riset baterai di bawah naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sembari terus melakukan penelitian di Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi (PPNN) ITB.
Jotti mengaku ingin terus berkecimpung di dunia penelitian baterai ion litium. Hal ini merupakan bentuk kontribusi pada negara dan ilmu pengetahuan atas apa yang telah didapatnya selama ini.
Selain itu, dengan terjun sebagai peneliti, dia berharap dapat terus mengembangkan pengetahuannya dalam proses belajar sepanjang hayat.
Menurutnya, Indonesia akan menjadi Indonesia Emas dalam beberapa tahun lagi. Indonesia Emas ini tidak dicapai dengan sumber daya alam yang melimpah, tapi sumber daya manusia yang semakin maju.
"Generasi muda bertanggung jawab untuk ini, (sehingga) harus banyak belajar untuk ke sana. Apapun bidangnya, kuncinya adalah bersungguh-sungguh," tandas Jotti.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id
Baca Berita Lainnya di: Google News
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya
Akhirnya Terungkap Kronologi Polisi Aiptu Rajamuddin Biarkan Anaknya Aniaya Wakil Kepala Sekolah |
![]() |
---|
Akhirnya Terungkap Kebohongan Wali Kota Arlan, Ternyata Anaknya Memang Bawa Mobil ke Sekolah: Hujan |
![]() |
---|
Sosok FE, Lulusan SMA Ngaku Dokter dan Tipu Pasien Rp 538 Juta, Korban sampai Beri Sertifikat Tanah |
![]() |
---|
Akhirnya Terungkap Siswa yang Aniaya Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Sinjai Ternyata Anak Polisi |
![]() |
---|
Rektor UI Prof Heri Hermansyah Diteriaki Zionis saat Acara Wisuda |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.