Sinagoge Shaar Hashamayim
Sinagoge Shaar Hashamayim Sulut Peringati Tragedi Holokaus: Tolak Rasisme dan Diskriminasi
Museum Holocaust Shaar Hashamayim Synagogue mengenang kembali tragedi kemanusiaan di masa Perang Dunia II.
Penulis: Mejer Lumantow | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - 27 Januari merupakan peringatan hari Holocaust Internasional yang ditetapkan PBB.
Di Minahasa terdapat Museum Holocaust Shaar Hashamayim Synagogue.
Museum tersebut dibangun sebagai peringatan akan peristiwa kemanusiaan yang dibuka setiap hari, dengan tujuan memberi edukasi tentang sejarah Holocaust.
Hari ini, 29 Januari 2024, Synagogue Shaar Hashamayim di Tondano, Minahas, Sulawesi Utara, kembali melaksanakan peringatan tragedi kemanusiaan Holocaust tersebut.
Peringatan ini turut dihadiri Pemerintah Kabupaten Minahasa yakni Kepala Kesbangpol Yani Moniung, serta perwakilan tokoh agama, tokoh adat, dan masyarakat sekitar.
Yaakov Baruch, Rabi sekaligus Pemimpin Synagogue Shaar Hashamayim mengatakan, peringatan Holocaust adalah bagian dari mengedukasi masyarakat agar tidak ada lagi kebencian dan rasisme.
"Dalam tragedi kemanusiaan ini, ada pelaku dan ada korban, selain Yahudi ada orang-orang dengan agama dan latar belakang berbeda yang menjadi korban," ujarnya.
Yaakov menjelaskan, setiap simbol dan gambar Nazi yang terpasang di museum tersebut mengedukasi masyarakat luas.
"Selain kaum Yahudi ada banyak orang lain yang menjadi korban dari peristiwa Holocaust, mereka itu datang dari berbagai agama, kepercayaan dan latar belakang," ungkapnya.
"Pada peringatan seperti ini, kita menyalakan lilin dan mendoakan seluruh saudara-saudara kita yang telah lebih dulu menghadap sang Pencipta agar mereka diberi ketenangan," sebut Rabi Yaakov.
Sementara, Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia MLKI Sulut, Iswan Sual, menyebutkan, peringatan Holocaust adalah cara memberitahukan kepada semua orang untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama.
"Kejadian tersebut sangat merugikan dan menyakitkan bagi semuanya, kita tidak mau lagi ada peristiwa seperti itu. Perlu saling menghargai akan setiap kepercayaan dan budaya masing-masing orang," kata Iswan.
"Secara lokal di Sulut kita tidak boleh mendiskriminasi kaum minoritas apalagi sampai persekusi, agar fenomena seperti Holocaust tidak terulang," tandasnya.
Sekedar informasi, holokaus adalah pembantaian yang dilancarkan Pemerintahan Nazi di Eropa yang berlangsung di masa Perang Dunia 2.
Holokaus berlangsung dari tahun 1941 hingga 1945.
Meski korban terbanyak adalah umat Yahudi, namun Holokaus juga menyasar etnis, golongna agama dan ras tertentu, juga musuh-musuh politik Nazi seperti kaum Sosialis, Komunis dan kelompok-kelompok yang dianggap tidak sejalan dengan Nazi.
Total lebih dari sekitar 11 juta manusia jadi korban holokaus, termasuk enam juta umat Yahudi. (Mjr)
Tersangka Baru Kasus Korupsi Dana Hibah GMIM Berpotensi Muncul Sesuai Fakta Persidangan |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca di Minahasa Selatan Sulawesi Utara Besok Sabtu 20 September 2025 |
![]() |
---|
Daftar 49 ASN Pemkab Bolmong yang Dirotasi |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Bitung Sulawesi Utara Besok Sabtu 20 September 2025 |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif: Michaela Paruntu Sebut Gaji DPRD Sulut Normal, Disesuaikan dengan APBD |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.