Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tahun Baru di Manado

Ini Penyebab Pecinan Manado Sulut Ramai Jelang Malam Pergantian Tahun

Para pedangan kembang api, memenuhi berbagai lokasi dan titik-titik vital yang ada di kawasan Pecinan, Manado.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Arthur Rompis
Suasana di Kampung Cina atau Pecinan, Kota Manado, Sulawesi Utara, Minggu (31/12/2023). 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Kawasan Pecinan atau Kampung Cina di Kota Manado, Sulawesi Utara nampak begitu ramai pada Minggu (31/12/2023) sore. 

Keramaian yang tercipta ini, erat kaitannya dengan perayaan malam pergantian tahun. 

Alasan banyaknya warga beradatangan ke Kampung Cina lantaran di sini banyak hadir lapak dan toko yang menjual kembang api. 

Walhasil, khusus di momen ini, Kampung Cina mendapat julukan kampung kembang api. 

Para pedangan kembang api, memenuhi berbagai lokasi dan titik-titik vital yang ada di kawasan Pecinan. 

Teruama  di Jalan DI Panjaitan, Wenang.

Tepatnya di simpang empat depan Klenteng Ban Hin Kiong. 

Di tempat ini, berjejer toko-toko yang banting harga kembang api. 

Di depan toko, ada kios emperan yang juga menjajakan kembang api. 

Tak jauh dari sana terdapat penjual kembang api di atas mobil. 

Lalu ada pula emak-emak dan anak-anak yang jualan kembang api sambil berjalan kaki.

Kembang api dijual super murah.

Roman candle misalnya, dijual dengan harga Rp 100 ribu/2 packs.

Lalu petasan dijual Rp 20 ribu/4 packs.

Makin malam, harga makin murah dan diprediksi akan benar-benar murah setelah pukul 20.00 Wita.

Tak pelak, kawasan itu diserbu warga Manado dari berbagai penjuru.

Warga menyesaki toko yang banting harga kembang api.

Antrean bayar kembang api tak kalah panjang dibanding bayar baju di mall.

Warga menyemut pula di kios emperan depan toko. 

Alhasil, wilayah sekitarnya macet dan jalam terasa semakin sempit akibat banyaknya kendaraan yang parkir. 

Novi, salah satu penjual kembang api, sudah melihat banyak cuan yang akan ia raup.

"Saya perkirakan mungkin 5 jutaan akan saya raup," katanya.

Sebut Novi, animo beli kembang api meningkat pesat ketimbang tahun lalu.

Apalagi, dua tahun lalu yang masih pandemi Covid-19.

"Lihat saja yang beli, selalu berpak-pak kembang api. Mereka beli umumnya di atas Rp 100 ribu," kata dia.

Menurut Novi, roman candle adalah kembang api yang paling banyak laku karena harganya terjangkau."Paling berkisar Rp 35 ribu-Rp 50 ribu," kata dia.

Sebut dia, kembang api premium juga laris manis.

Itu sebutan untuk kembang api dengan harga di atas Rp 500 ribu.

"Yang Rp 500 ribu, Rp 600 ribu juga laku banyak," kata dia. 

Adapun Noval, penjual yang menjajakan kembang api kepada para pengendara roda empat dan dua, mengaku sudah tiga kali tambah stok.

Kembang api di tangannya laris manis bak kacang goreng.

"Ini saya sudah yang ketiga ambil stok," katanya. (*)

Ini Hal yang Dibicarakan Jokowi dan Olly Dondokambey saat Kunjungan Presiden ke Sulawesi Utara

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved