Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen, Ayub 9:1-35, Jangan Nilai Tuhan
Ayub juga berpikir bahwa Allah itu seperti seorang diktator, sehingga sekalipun Ayub tidak bersalah, ia tidak mungkin dapat membela dirinya
Penulis: Alpen Martinus | Editor: Alpen Martinus
TRIBUNMANADO.CO.ID - Manusia adalah ciptaan Tuhan yang saat ini mendiami bumi ciptaanNya.
namun terkadang kitab manusia menilai Tuhan, padahal kita adalah ciptaanNya.
Berikut renungan harian Kristen dengan judul Jangan Nilai Tuhan
Baca juga: Renungan Harian Kristen 2 Raja-raja 14:23-29, Warisan Israel
Ayat referensi dalam Ayub 9:1-35; Ayub 10:1-22
Di tengah beratnya realitas kehidupan dan pahitnya pengalaman hidup, tidak sedikit orang Kristen yang menganggap bahwa Tuhan itu tidak adil, mengasihani diri, dan tidak jarang akhirnya meninggalkan Tuhan.
Ini terjadi karena mereka tidak mendasarkan iman pada kebenaran Alkitab, melainkan pada asumsi negatif terhadap Tuhan sehingga mengambil kesimpulan yang salah tentang Tuhan dan pekerjaan-Nya.
Asumsi yang salah tentang Allah menyebabkan Ayub salah menilai Allah.
Baca juga: Renungan Harian Kristen Amos 3:7, Hamba yang Benar
Ia dan juga teman-temannya berpikir bahwa ketika seseorang hidup saleh, ia akan diberkati Allah (lih. 8:20-22).
Karena itu, teman-temannya mendesak Ayub untuk bertobat. Namun, Ayub tidak berbuat demikian karena ia yakin bahwa ia sudah hidup saleh.
Maka, ketika malapetaka tetap menimpanya, ia mulai berpikir bahwa Allah itu seperti seorang penguasa yang bertindak sekehendak hati-Nya (9:15-19).
Ayub juga berpikir bahwa Allah itu seperti seorang diktator, sehingga sekalipun Ayub tidak bersalah, ia tidak mungkin dapat membela dirinya (9:20-22).
Baca juga: Renungan Harian Kristen Ibrani 11:6, Semuanya Dimulai dengan Iman
Jika ia berdebat dengan Allah, ia tidak mungkin membantah Allah Yang Mahakuasa (9:2-14). Jika ia berusaha menggugat Allah, ia pasti akan tetap dipersalahkan (9:27-35).
Semua asumsi yang salah tentang Allah dan tuduhan dari teman-temannya akhirnya membuat Ayub makin terpuruk dalam keputusasaan (10:1), sehingga ia lebih berharap mati daripada hidup (10:18-22).
Belajar dari pengalaman Ayub, mari kita membangun iman kita dari kebenaran Alkitab.
Janganlah kita menilai Tuhan dari asumsi manusia, melainkan belajar memercayai Pribadi Tuhan yang tak berubah.
Ketika ujian datang, ingatlah bahwa Ia tetap Allah yang baik dan adil. Ia dapat menjadikan ujian itu sebagai alat untuk memurnikan iman kita atau membawa kita kepada hal yang lebih baik.
Oleh karena itu, ketika pencobaan datang, mari kita bukan bertanya "Mengapa saya?", melainkan "Bagaimana saya bisa bertumbuh melalui ini dan makin mengenal kehendak Tuhan?".
Lalu, mari kita berdoa secara terbuka dan rendah hati kepada Tuhan agar kita tetap setia dan percaya penuh kepada-Nya.
Obor Pemuda GMIM Jumat 19 September 2025, Matius 25:44-45, Mengasihi Lewat Tindakan Nyata |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen 19 September 2025, Matius 25:44-45, Bantulah Sesama yang Butuh Pertolongan |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Markus 3:13-19, The Power of Sending |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Markus 2:13-17, The Power of Love |
![]() |
---|
Renungan Harian Kristen Markus 2:1-12, The Power of Trust |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.