Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Ayub 8:1-22, Membela Keadilan Allah Dengan Cara yang Salah

Hal itu tidak menandakan bahwa Allah tidak adil, melainkan fakta bahwa jalan Tuhan tidak terselami dan rancangan-Nya melampaui akal manusia.

Penulis: Alpen Martinus | Editor: Alpen Martinus
blog.cph.org
Renungan Harian Kristen Ayub 8:1-22, Membela Keadilan Allah dengan Cara yang Salah 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Banyak hal yang biasa dilakukan oleh o0rang Kristen seakan-akan memuliakan Allah.

Padahal apa yang dilakukan justru di luar dari itu.

Berikut renungan harian Kristen berjudul membela keadilan Allah dengan cara yang salah.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Matius 27:32-56, Yesus Kristus adalah Solusi

Ayat referensi Ayub 8:1-22.
 
Ada banyak sekali ironi yang bisa kita temukan di dalam dunia ini.

Misalnya, membela demokrasi dengan cara-cara yang tidak demokratis, melawan kekerasaan lewat cara kekerasan, dan masih banyak lagi lainnya.

Ironi seperti inilah yang juga dilakukan oleh Bildad. Dia mencoba membela keadilan Allah, tetapi melakukannya dengan cara yang tidak adil.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Ulangan 31:14-30, Kekuatan Nyanyian Rohani

Pada dasarnya argumen Bildad untuk membela keadilan Allah tidak salah.

Bildad berargumen bahwa Allah pasti adil, pasti akan membela orang benar, dan tidak akan menghukum orang saleh (3-7, 20).

Prinsip umum yang disampaikan Bildad dapat diterima. Namun, yang bermasalah adalah konteks situasi di mana ia berbicara.

Dari argumennya, ia beranggapan bahwa Ayub pasti bukanlah orang benar dan penderitaan yang dialami oleh Ayub merupakan hukuman Allah.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Ayub 22:1-30, Jangan Menghakimi

Dalam upaya membela keadilan Allah, Bildad justru melakukan dua tindakan yang tidak adil.

Pertama, ketidakadilan terhadap Allah. Bildad tidak adil ketika menilai bahwa Allah itu sangat kaku dan statis.

Kalau orang berbuat baik, ia pasti diberkati dan tidak akan hidup susah; sebaliknya, kalau orang berbuat jahat, ia pasti dihukum dengan penderitaan.

Padahal, kenyataannya orang yang berbuat jahat tidak mendapat celaka dan orang yang berbuat baik justru ditimpa celaka.

Hal itu tidak menandakan bahwa Allah tidak adil, melainkan fakta bahwa jalan Tuhan tidak terselami dan rancangan-Nya melampaui akal manusia.
 
Kedua, ketidakadilan terhadap Ayub. Bildad tidak adil karena menuduh bahwa Ayub tidak mendengarkan ajaran (8-10) dan menaruh percaya kepada hal lain selain Allah (13-15).

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved