Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sulawesi Utara

Bahaya Krisis Demografi di Sulawesi Utara, Begini Kata Pengamat Sosial Meike Imbar

Steven Kandouw menyebut, ada fenomena di mana angka kelahiran di Sulut menurun, masih lebih tinggi angka kematian

Penulis: Ferdi Guhuhuku | Editor: Rizali Posumah
HO
Pengamat sosial dari Universitas Negeri Manado (Unima) Dra Meike Imbar, M. Pd. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Tanda awas bagi Sulawesi Utara dibeber Wagub Sulut Steven Kandouw dalam Pelatihan Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa dan Pengurus Kelembagaan Desa di Hotel Peninsula Manado, Sulut, Senin (16/10/2023).

Menurut Steven Kandouw, angka kelahiran di Sulut menurun.

"Ada fenomena di mana angka kelahiran di Sulut menurun, masih lebih tinggi angka kematian," katanya.

Sebut Steven Kandouw, ini terbaca pada situasi di kebanyakan SD.

Di mana muridnya banyak berkurang.

"Dari ratusan jadi puluhan," kata dia.

Ia mengatakan, penambahan penduduk di Sulut umumnya terjadi dari migrasi.

Hal ini dipicu UMP di Sulut yang tertinggi nasional. Wagub menilai ini kondisi yang serius.

"Dapat terjadi krisis demografi di Sulut," katanya.

Terakit itu, pengamat sosial dari Universitas Negeri Manado (Unima) Dra Meike Imbar, M. Pd, angkat bicara. 

Meike Imbar mengatakan persoalan demografi merupakan persoalan urgen dan kritis bagi banyak negara, termasuk Indonesia. 

Demografi ini berkaitan erat dengan kelangsungan dan keberlanjutan kehidupan berbangsa bernegara, untuk itu masalah demografi harus ditangani dengan arif dan memperhitungkan berbagai aspek yang terintegrasi dengan kehidupan manusia.

Kata Meike secara umum Indonesia justru tidak mengalami masalah krisis demografi, karena populasi penduduk khususnya pada usia produktif justru tinggi, dan ini disebut dengan bonus demografi.

Tapi di sisi lain pada wilayah wilayah tertentu seperti Sulawesi Utara justru bukan bonus demografi tetapi malahan krisis demografi dimana tingkat kelahiran menurun drastis akibat efektifnya program Keluarga Berencana.

Namun, dalam perjalanan waktu program KB ini justru diminati oleh kelompok penduduk kelas menengah dan atas, sehingga kondisi kependudukan menjadi terbalik. 

"Yang ekonomi pas-pasan justru beranak pinak, sementara yang ekonomi menengah dan atas malah melakukan pengetatan kelahiran," ujar Meike, Rabu (17/10/2023). 

Ia mengungkapkan untuk mengatasi masalah krisis demografi yang justru dikuatirkan terjadi di Sulut yang notabene rata-rata tingkat ekonomi penduduknya cukup baik dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia, maka perlu ada gerakan " Demografi Berkualitas" untuk masyarakat Sulawesi Utara.

Gerakan demografi berkualitas, diawali dengan pemetaan penduduk dan wilayah nya yang berada pada posisi rentan terhadap krisis demografi.

"Rentan di sini adalah memiliki penduduk dengan ekonomi yang cukup tetapi jumlah kelahiran rendah," pungkasnya. 

Sebut Meike ini harus disasar untuk dicari penyebab dasarnya.

Umumnya penyebab krisis demografi pada pasutri yang usia produktif adalah kesibukan bekerja, lebih fokus pada karier, tidak mau repot , dan kemungkinan besar ( ini yang sangat dikuatirkan) adalah soal lifestyle - anak dua itu gaya hidup.

"Dalam hal ini pemerintah dan lembaga keagamaan perlu kerjasama untuk membina pasutri muda yang secara mental rohani dan berkemampuan secara ekonomi untuk memiliki anak lebih dari dua orang. 

Karena persoalan terbesar dalam demografi baik itu bonus demografi maupun krisis demografi adalah menyediakan SDM yang berkualitas," ucapnya.

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

 

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved