Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Islami

Mengenal Abu Nawas, Penyair Jenaka dengan 1001 Kisah

Mengenal sosok Abu Nawas seorang penyair jenaka yang terkenal dengan 1001 kisah menarik.

Editor: Yuri Senita Amalia Dasinangon
kolase/kompas
Ilustrasi Abu Nawas 

TRIUNMANADO.CO.ID - Dalam sejarah Islam kita mengenal adanya sosok penyair yang bernama Abu Nawas.

Abu Nawas dikenal sebagai sosok yang jenaka.

Riwayat hidup Abu Nawas banyak di ceritakan di berbagai sumber sejarah.

Tentu sebagai umat Islam kita juga perlu belajar dari sejarah dan mengenal siapa saja orang-orang terdahulu yang berkontribusi dalam sejarah kita.

Tidak hanya kisah para Nabi dan Rasul, kisah Abu Nawas juga bisa dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan yang baik.

Selain sebagai sumber pelajaran, kisah Abu Nawas juga bisa dijadikan bahan bacaan untuk anak-anak anda.

Contohnya menjadi dongeng sebelum tidur.

Sebab dalam beberapa kisah kita bisa tahu bahwa Abu Nawas membawa cerita yang menarik untuk didengarkan.

Berikut ini kita akan mengulas mengenai sosok Abu Nawas.

Mengenal Sosok Abu Nawas

Abu Nuwas atau Abu Nawas adalah seorang penyair Islam termasyhur di era kejayaan Islam.

Diperkirakan, Abu Nuwas terlahir antara tahun 747 hingga 762 M.

Ada yang menyebut, tanah kelahirannya di Damaskus, ada pula yang meyakini Abu Nuwas berasal dari Bursa.

Versi lainnya menyebutkan dia lahir di Ahwaz.

Yang jelas, Ayahnya bernama Hani seorang anggota tentara Marwan bin Muhammad atau Marwan I-Khalifah terakhir Dinasti Umayyah di Damaskus.

Sedangkan ibunya bernama Golban atau Jelleban seorang penenun yang berasal dari Persia.

Sejak lahir hingga tutup usia, Abu Nuwas tak pernah bertemu dengan sang ayah.

Ketika masih kecil, sang ibu menjualnya kepada seorang penjaga toko dari Yaman bernama, Sa'ad al-Yashira.

Abu Nuwas muda bekerja di toko grosir milik tuannya di Basra, Irak.

Sejak remaja, otak Abu Nuwas yang encer menarik perhatian Walibah ibnu al-Hubab, seorang penulis puisi berambut pirang.

Al-Hubab pun memutuskan untuk membeli dan membebaskan Abu Nuwas dari tuannya.

Sejak itu, Abu Nuwas pun terbebas dari statusnya sebagai budak belian.

Al-Hubab pun mengajarinya teologi dan tata bahasa. Abu Nuwas juga diajari menulis puisi.

Sejak itulah, Abu Nuwas begitu tertarik dengan dunia sastra.

Ia kemudian banyak menimba ilmu dari seorang penyair Arab bernama Khalaf al-Ahmar di Kufah.

Setelah itu, dia hijrah ke Baghdad yang merupakan metropolis intelektual abad pertengahan di era kepemimpinan Khalifah Harun ar-Rasyid.

Karier Abu Nuwas di dunia sastra mulai mencuat setelah kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid.

Melalui perantara musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nuwas akhirnya diangkat menjadi penyair istana (sya'irul bilad). Abu Nawas pun diangkat sebagai pendekar para penyair. Tugasnya menggubah puisi puji-pujian untuk khalifah.

Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi membuatnya menjadi seorang legenda.

Namanya juga tercantum dalam dongeng 1001 malam.

Meski sering ngocol, ia adalah sosok yang jujur.

Tak heran, bila dia disejajarkan dengan tokoh-tokoh penting dalam khazanah keilmuan Islam. Kedekatannya dengan khalifah membuatnya berakhir di penjara.

Suatu ketika, Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang membuat khalifah tersinggung dan murka.

Sejak mendekam di penjara, puisi-puisi Abu Nawas berubah menjadi religius.

Kepongahan dan aroma kendi tuaknya meluntur, seiring dengan kepasrahannya kepada kekuasaan Allah.

Syair-syairnya tentang pertobatan bisa dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa keagamaannya yang tinggi.

Sajak-sajak tobatnya bisa ditafsirkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan.

Puisi serta syair yang diciptakannya menggambarkan perjalanan spiritualnya mencari hakikat Allah.

Kehidupan rohaniahnya terbilang berliku dan mengharukan.

Setelah 'menemukan' Allah, inspirasi puisinya bukan lagi khamar, melainkan nilai-nilai ketuhanan.

Di akhir hayatnya, ia menjalani hidup zuhud.

Seperti tahun kelahirannya yang tak jelas, tahun kematiannya terdapat beragam versi antara 806 M hingga 814 M.

Ia dimakamkan di Syunizi, jantung Kota Baghdad. Abu Nuwas adalah salah seorang sastrawan Arab terbesar.

Kisah ini dinukil dari buku "Kisah 1001 Malam Abu Nawas Sang Penggeli Hati" karangan MB Rahimsyah.

(serambinews.com)

Baca juga: Kisah Lucu Sahabat Nabi Muhammad SAW, Nuaiman Pernah Memenggal Unta Tamu Nabi

Baca berita-berita terbaru Tribun Manado di : Google News 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved