Kemarau Berkepanjangan, Petani di Tumaratas Langowan Minahasa Sebut Tunda Tanam Bibit Tomat

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kemarau panjang yang melanda sebagian besar wilayah Minahasa, khususnya desa Tumaratas mengakibatkan masyarakat memilih untuk menundah penanaman bibit tomat.

Diketahui pekerjaan utama masyarakat di desa Tumaratas, Langowan Barat, Minahasa, Sulut adalah petani tomat.

Hal tersebut dilakukan karena untuk memindahkan bibit harus di tanah yang lembab, karena jika tanah yang ditanam terlalu kering, bibit tomat bisa rusak atau mati.

Hal tersebut dikatakan Jhon (53) salah satu petani desa Tumaratas.

Dia memilih untuk menunda menanam bibit tomatnya di kebun, karena cuaca yang saat ini cukup panas.

"Kalau mau tanam, tanahnya harus lembab, kalau terlalu kering bibit bisa rusak," ucapnya pada Tribunmanado.co.id, Senin 2/10/2023.

Untuk menyiram tanaman, dia mengatakan harus mengambil air dari rumah sekitar 100 meter dari kebun.

"Memang ada motor buat ambil air di rumah, tapi lelah juga," kata Jhon.

Tapi Jhon mengatakan, cuaca saat ini ini sudah menjadi hal yang biasa bagi para petani.

Tinggal bagaimana mereka bisa mengantisipasi ketika terjadi kemarau berkepanjangan seperti ini.

Apalagai saat ini harga tomat yang mereka jual hanya Rp 15 - 20 ribu per kas. Dimana biasanya mereka menjual dengan harga Rp 50 - 100 ribu per kasnya.

"Rata-rata kalau panen bisa sampai 100 kas, dan kalau harga tomat mahal bisa sampai Rp 300 ribu per kas," sambungnya.

Dimusim kemarau ini, Jhon berharap bisa turun hujan dan harga tomat kembali.

"Harapan saya, semoga di beberapa hari kedepan setidaknya satu hari turun hujan. Dan semoga harga tomat kembali normal," tutupnya.

Baca juga: Pemkot Tomohon Sulawesi Utara Gelar Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila

Baca juga: Aparatur Pemerintahan Desa Diat Bolmong Belajar Pengelolaan BUMDes Dalam Pelatihan P3PD di Manado

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.