Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

G30S PKI

Kisah Jenderal S Parman, Gugur dalam Aksi G30S 1965, Adik dari Seorang Pejuang PKI

Kisah Jenderal S Parman atau Letjen Siswondo Parman yang gugur dalam Aksi G30S 1965. Jenderal Parman adalah adik dari seorang pejuang PKI.

Editor: Frandi Piring
Kolase TribunManado.co.id/Istimewa
Kisah Jenderal S Parman atau Letjen Siswondo Parman yang gugur dalam Aksi G30S 1965. Jenderal Parman adalah adik dari seorang pejuang PKI. Jenderal Parman ditangkap dan dibunuh kemudian jasadnya dibuang ke Lubang Buaya (Sumur Tua). 

Pangkatnya naik menjadi Mayor Jenderal pada Agustus 1964.

Saat Jenderal Parman menjabat sebagai Asisten I bidang inetelijen, pengaruh PKI telah meluas dan menjadikannya sebagai musuh angkatan darat.

PKI menyebar opini publik bahwa AD berniat menggulingkan kepemimpinan Presiden Soekarno.

Jenderal Parman merupakan satu di antara beberapa pihak yang menentang keras rencana tersebut.

Selanjutnya perang ideologi dan propaganda semakin meluas dan melibatkan banyak unsur di Indonesia.

Saling tuding pun terjadi, PKI dituding berupaya mengganti ideologi Pancasila dengan Komunis.

Perang urat saraf antar fraksi politik dan ideologi di Indonesia semakin parah.

Berbagai macam kepentingan berkelindan di dalamnya dari berbagai pihak.

Kematian Jenderal S Parman

Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Parman diculik gerombolan yang mengatasnamakan G30S.

Di Lubang Buaya, Parman ditembak dan jasadnya baru ditemukan tanggal 4 Oktober 1965.

Firasat Letjen S Parman Sebelum Meninggal Dieksekusi Tjakrabirawa, Hadirnya Burung Gereja dan Sriti
 Letjen S Parman dieksekusi Tjakrabirawa dan jasadnya dibuang ke Lubang Buaya. (Kolase Tribun Manado/ Foto: Istimewa)

Siswondo Parman dimakamkan di TMP Kalibata pada 5 Oktober 1965 dan mendapat gelar Letnan Jenderal Anumera.

Banyak pihak yang menuding PKI ada di balik dalang penculikan beberapa Jenderal Angkatan Darat termasuk S Parman.

Kemudian babak baru sejarah Indonesia di mulai. PKI dibubarkan, Soekarno jatuh, ribuan rakyat Indonesia mengalami penangkapan

dan pembunuhan tanpa proses pengadilan karena dituduh terlibat G30S.

Dan pada akhirnya, Soeharto diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia, mengawali zaman Orde Baru.

Kisah sebelum wafat Jenderal S Parman

Sebelum diculik dan meninggal dunia di Lubang Buaya, Siswondo Parman punya kebiasaan setiap malam Jumat, yaitu tidak tidur sebelum pukul 24.00.

Seperti yang dilakukan Siswondo Parman dan istrinya pada malam sebelum diculik, Kamis 30 September 1965.

Sebelum tidur, Parman dan sang istri dikejutkan dengan banyaknya burung gereja dan burung sriti di kamar tamu.

Pada pukul 04.00, keheningan di rumah Parman pecah saat sejumlah kendaraan truk datang berisikan prajurit Tjakra dan membangunkan pasangan itu.

Salah seorang prajurit mengatakan kepada Parman bahwa keadaan negara sedang genting.

Sumirahayu yang curiga bahkan sempat menanyakan surat perinyah dan identitas si penjemput.

Saat keluar rumah, Siswondo Parman kaget lantaran banyak prajurit Tjakra di halaman,

Parman pun memerintahkan Sumirahayu menghubungi Menpangad Letjen Ahmad Yani namun smabungan telepon rumah telah diputus.

Tak hanya burung gereja dan burung sriti, sebelum meninggal dunia, Parman juga berpesan agar dimakamkan di TMP Kalibata jika dirinya wafat.

Parman bahkan meminta agar batu nisannya nanti bertuliskan 'Pejuang Sejati'.

Baca juga: Kisah Jenderal Haryono, Pati TNI AD Korban G30S PKI 1965, Tewas Seketika Ditembak Sersan Boengkoes

Baca juga: Kisah Jenderal Ahmad Yani Korban Peristiwa G30S PKI 1965, Gugur Diberondong Peluru Para Pemberontak

Baca juga: Kisah Hidup Letkol Untung Pimpinan Tjakrabirawa, Penculik Para Jendral, Tewas Dieksekusi Regu Tembak

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved