Kisah Inspirasi
Kisah Pilu Jendral Hoegeng Kapolri Jujur, Diberhentikan Soeharto Lantaran Tangani Kasus Perkosaan
Ada kekuatan besar yang membelokkan kasus ini. Benar saja. Pada 2 Oktober 1971, Hoegeng dipensiunkan sebagai Kapolri.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Indonesia bangga pernah punya polisi jujur bernama Jenderal Hoegeng Iman Santosa.
Kini nama dan fotonya terpampang di banyak kantor kepolisian di Indonesia.
Ia dijuluki sebagai Kapolri Jujur, pun sampai saat ini belum ada yang menyamai dirinya.
Baca juga: 2 Personel Polda Sulawesi Utara Raih Hoegeng Awards 2023
Namun ternyata menjadi orang baik saja tak cukup.
Jenderal Hoegeng Iman Santosa harus terhenti di era Presiden Soeharto.
bahkan ia tetap menjadi panutan polisi saat ini.
Ia diberhentikan lantaran kasus pemerkosaan yang melibatkan anak pejabat saat itu.
Baca juga: Sosok Hoegeng Kapolri Jujur Era Soekarno, Namun Diberhentikan Soeharto Lantaran Usut Kasus Perkosaan
Inilah kisah seorang Kapolri jujur yang diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Soeharto.
Dia adalah Jenderal Hoegeng Iman Santosa.
Simak kisah lengkapnya di sini!
Jenderal Hoegeng Iman Santosa adalah satu nama Kapolri di Indonesia yang legendaris.
Baca juga: Sosok 3 Anggota Polri yang Terima Hoegeng Awards 2022, Berikut Profil Para Figur Polisi Teladan
Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santosa terkenal akan kejujuran dan keberaniannya.
Namanya begitu melegenda di republik ini.
Berikut adalah salah satu fragmen kehidupan mantan Kapolri RI 1968-1971 ini.
Yogyakarta, 21 September 1970. Sumarijem, seorang penjual telur berusia 18 tahun, tengah menunggu bus di pinggir jalan. Tiba-tiba dia diseret ke dalam mobil oleh beberapa pria.
Sum dibius dan dibawa ke rumah kecil di wilayah Klaten.
Di sana dia diperkosa bergiliran oleh para penculiknya. Setelah itu Sum ditinggal begitu saja dipinggir jalan.
Gadis malang ini kemudian melapor ke polisi.
Bukannya dibantu, Sum malah dijadikan tersangka dengan tuduhan membuat laporan palsu. Dia diancam akan disetrum jika tidak mau menurut.
Sum pun disuruh membuka pakaiannya, dengan alasan polisi mencari tanda palu arit di tubuh wanita malang itu.
Karena melibatkan anak-anak pejabat yang berpengaruh, Sum malah dituding anggota Gerwani.
Kasus Sum disidangkan di Pengadilan Negeri Yogyakarta.
Jaksa menuntut Sum penjara tiga bulan dan satu tahun percobaan.
Tapi majelis hakim menolak tuntutan itu.
Dalam putusan, Hakim Ketua Lamijah Moeljarto menyatakan Sum tak terbukti memberikan keterangan palsu. Karena itu Sum harus dibebaskan.
Belakangan polisi menghadirkan penjual bakso bernama Trimo.
Trimo disebut sebagai pemerkosa Sum. Dalam persidangan Trimo menolak mentah-mentah.
Dalam putusan hakim dibeberkan pula nasib Sum selama ditahan. Dia dianiaya dan dipaksa mengakui berhubungan badan dengan Trimo, sang penjual bakso. Hakim juga membeberkan Trimo dianiaya saat diperiksa polisi.
Hoegeng terus memantau perkembangan kasus ini. Sehari setelah vonis bebas Sum, Hoegeng memanggil Komandan Polisi Yogyakarta AKBP Indrajoto dan Kapolda Jawa Tengah Kombes Suswono.
Hoegeng lalu memerintahkan Komandan Jenderal Komando Reserse Katik Suroso mencari siapa saja yang memiliki fakta soal pemerkosaan Sum.
“Kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak,” tegas Hoegeng.
Jenderal pemberani ini lantas membentuk tim khusus bernama Tim Pemeriksa Sum Kuning.
Kasus ini terus membesar dan menjadi santapan media.
Sejumlah pejabat polisi dan sipil yang anaknya terkait dengan kasus ini coba membantah lewat media massa.
Tak disangka, kasus ini terus membesar dan dianggap mengganggu stabilitas nasional.
Presiden Soeharto bahkan sampai turun tangan agar kasus ini berhenti.
Dia meminta agar kasus ini diserahkan ke Tim pemeriksa Pusat Kopkamtib.
Persidangan lanjutan pun digelar.
Polisi mengumumkan tersangka pemerkosaan Sum ada 10 orang dan semuanya bukan anak pejabat seperti yang dituding Sum.
Para terdakwa ini membantah keras dan menyatakan siap mati jika benar memperkosa.
Hoegeng seperti tersadar.
Ada kekuatan besar yang membelokkan kasus ini.
Benar saja. Pada 2 Oktober 1971, Hoegeng dipensiunkan sebagai Kapolri.
Seusai dipensiunkan di umur 49, seperti dikisahkan dalam buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono, Hoegeng kemudian mendatangi ibundanya untuk sungkem. “Saya tak punya pekerjaan lagi, Bu,” kata Hoegeng.
Sang ibunda menjawab tenang.
“Kalau kamu jujur dalam melangkah, kami masih bisa makan hanya dengan nasi dan garam,” kata sang ibunda.
Kalimat sang ibunda menenangkan hati Hoegeng dan keluarganya.
Dan, hingga akhir hayatnya, Hoegeng tetap setia di jalan kejujuran yang dipilihnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com
| Profil Dias Asthisa, Kaprodi Muda Asal Boltim Sulawesi Utara, Cerita Perjalanan Karier Menjadi Dosen |
|
|---|
| Pantas Ilham Lukmanulhakim Kini Kaya Raya Padahal Dulu Hidup Pas-pasan, Ternyata Geluti Bisnis Ini |
|
|---|
| Kisah Philip Mantofa, Gembala Sidang Gereja Mawar Sharon, Didoakan Sejak Kecil Jadi Hamba Tuhan |
|
|---|
| Kisah Pasangan Tukang Becak yang Menabung Rp20 Ribu Selama 22 Tahun Demi Naik Haji |
|
|---|
| Kisah Seorang Ibu yang Rela Minum Air Kencing Demi Selamatkan Nyawa Anaknya saat Terdampar di Laut |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.