Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pilpres 2024

Anies-Cak Imin Duet Pemersatu Bangsa di Pilpres 2024, Ini 5 Alasannya

Anies-Cak Imin duet capres-cawapres Pemersatu Bangsa di Pilpres 2024. Ada 5 alasan. Apa saja?

Editor: Frandi Piring
Dok. NasDem TV
Anies-Cak Imin duet capres-cawapres Pemersatu Bangsa di Pilpres 2024. Ada 5 alasan. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pasangan paslon capres-cawapres Anies-Cak Imin dianggap sebagai duet Pemersatu Bangsa di Pilpres 2024 mendatang.

Diketahui, pasangan Anies-Cak Imin diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Dipilihnya Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi calon presiden Anies Baswedan dinilai sangat tepat. Mengapa?

Hal itu karena Anies dan Cak Imin duet yang saling melengkapi.

"Semua kelompok pemilih di level mana saja, bahkan di level grass root akan memilih pasangan yang super pemersatu ini. Inilah duet pemersatu Indonesia," jelas pemerhati politik Dr. Legisan Samtafsir, Jumat, 8 September 2023.

Pertama, dia menguraikan, rakyat akar rumput di Jawa dan di luar Jawa mayoritas yang berbasis NU akan tersedot ke Muhaimin, Ketua Umum PKB yang berbasis kaum nahdliyin tersebut.

Sementara bagi kelompok di luar NU, yang berafiliasi dengan Muhammadiyah, PKS dan Partai Ummat, dan juga kelompok muslim perkotaan tampak jelas akan mengarahkan dukungan ke ke Anies.

"Mungkin yang tersisa hanyalah kaum abangan dan personel generik pendukung partai dan ini jumlahnya tidak signifikan.

Dengan demikian, nyaris semua suara di akar rumput dan kelas menengah perkotaan akan tersedot habis ke Koalisi Perubahan yang baru ini," paparnya.

Kedua, duet Anies-Muhaimin akan menghilangkan keterbelahan masyarakat selama ini ada. Dia pun setuju dengan pidato Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh saat deklarasi Anies-Muhaimin pada Sabtu, 2 September 2023 lalu, yang memproklamirkan selamat tinggal politik cebong-kampret.

"Ini benar. Duet Anies-Muhaimin akan mengikis habis perseteruan.

Nanti, tidak akan ada lagi kelompok yang berafiliasi ke cebong atau sebaliknya ke kampret," beber Doktor dari UIN Jakarta yang menulis disertasi berjudul "Perbandingan Politik Pembangunan Dunia Muslim: Studi tentang Indonesia dan Turki Era Pasca Perang Dingin" ini.

Selama ini, pihak-pihak yang menyebut pihak lain sebagai kampret adalah mereka yang berafiliasi ke rezim penguasa.

Sebaliknya mereka yang mengatakan pihak lain cebong adalah mereka yang tampak berafiliasi ke oposisi.

"Kini, baik kekuatan perubahan maupun status quo telah menyatu dan bersama-sama menuju tema yang sama yaitu 'perbaikan' untuk hal-hal yang memang harus berubah

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved