Heboh Badut Lampu Merah
Nasib Badut Lampu Merah di Manado Sulawesi Utara, Sangat Menghibur Namun Kini tak Ada Lagi
Tak terlihat lagi para badut bergoyang mengikuti suara musik. Mereka telah ditertibkan pemerintah.
Penulis: Alpen Martinus | Editor: Alpen Martinus
TRIBUNMANADO.CO.ID - Banyak cara yang dilakukan orang saat ini demi mengisi pundi rupiah.
Satu di antaranya dengan menjadi badut jalan yang kini menjamur di Kota Manado.
Namun sayang, usaha mereka yang belum lama itu dihentikan pemerintah Kota Manado, Sulawesi Utara.
Baca juga: Viral Pengamen Badut di Manado Ditertibkan, Tommy Lasut Singgung Kesejahteraan: Jangan Asal Tangkap

Pendapatan mereka tak seberapa setiap hari, namun kini sudah tak boleh lagi.
Mereka cukup menghibur pengguna jalan yang terjebak macet atau sedang berhenti lantaran lampu merah.
Namun rupanya itu dianggap menggangu oleh Pemkot Manado.
Tak mudah bekerja menjadi badut jalanan, harus menahan rasa panas.
Baca juga: Foto-foto Pengamen Badut di Manado Ditertibkan Dishub dan Satpol PP
Kemarin, suara musik dari speaker yang dibawa badut-badut lucu tak lagi terdengar di sejumlah lampu merah atau lampu lalu lintas di Manado Sulawesi Utara.
Tak terlihat lagi para badut bergoyang mengikuti suara musik. Mereka telah ditertibkan pemerintah.
Petugas berseragam warna abu muda dan celana biru tua bersama personel yang berseragam khaki tua kehijauan datang dan menertibkan para badut di lampu merah, Selasa 4 Juli 2023.
Kehadiran badut di lampu merah, telah menjadi satu suasana yang selalu akan diingat masyarakat Manado.
Baca juga: Kisah Badut Lampu Merah di Manado Goyang dari Pagi hingga Kelelahan, Uang Didapat Harus Setor ke Bos
Banyak yang menyayangkan penertiban tersebut. Menurut mereka para badut hadir untuk menghibur bukan untuk mengganggu.
Penertiban dilakukan pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan bersama SatPol PP Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara.
Para badut diminta untuk tidak lagi melakukan aktivitas di lampu merah karena dinilai bisa mengganggu arus lalu lintas.
Dasar Hukum
Pemerintah melakukan penertiban bukan tanpa dasar hukum.
Tercantum dalam Pasal 275 Ayat 1 Undang-undang Repbulik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Pasal 275 UU No.22 Tahun 2009
(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, fasilitas Pejalan Kaki, dan alat pengaman Pengguna Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Baru Sebatas Imbauan
Kepala Dinas Perhubungan Manado Jefri Worang mengimbau (kepada badut-badut) supaya tidak melakukan aktivitas di jalan (lampu merah).
"Agar pemanfaatan jalan lebih optimal tidak mengganggu arus lalin, tidak mengganggu kendaraan yang lewat,” ujar Jefri.
Sesuai dengan Perda
"Jika masih kedapatan ada yang melanggar tidak menutup kemungkinan akan ditindak tegas, sesuai dengan Perda yang ada,” ujar Kepala Bidang Trantibum SatPol PP Manado Herry Alfrets Ratu.
Terungkap Wajah di Balik Badut Lucu di Lampu Merah Manado, Ini Potretnya
Suka Duka Di Balik Lucunya Badut Lampu Merah
Badut lampu merah membawa humor ketika stres menjadi-jadi.
Di lampu merah terkumpul ketegangan, penat, serta ketidaksabaran.
Tapi badut membuat kita sejenak melupakannya untuk tertawa bersama anak ayam raksasa yang dapat bernyanyi dan bergoyang.
Namun badut adalah paradoks.
Wajah di balik topeng lucu, bisa jadi muram dan menyedihkan.
Di balik segala yang membuat orang tertawa terbahak - bahak, ada perjuangan hidup yang sulit dan penuh air mata.
Seperti dialami Kude, seorang badut lampu merah.
Tribunmanado.co.id menjumpai Kude di lampu merah Jalan Soekarno, Kabupaten Minut, yang berbatasan dengan kota Manado, Sulawesi Utara, Kamis (25/5/2023) malam.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 Wita.
Kendaraan masih cukup banyak yang melintas dan Kude masih bergoyang mengikuti
musik dari alat yang tergantung di lehernya.
Melihat tribunmanado.co.id, pria berumur 19 tahun ini mendekat.
Wajah perempuan yang tersenyum -karakter badut yang ia kenakan- terasa dekat di mata dan hati.
Ia bergoyang sambil tangan kanannya menyodorkan kotak.
Ketika saya memperkenalkan diri sebagai wartawan, buru-buru ia mencabut topeng.
Tampaklah wajah Kude sesungguhnya.
Wajah yang kelelahan, peluh memenuhi muka hingga lehernya.
"Wuih panas sekali," kata dia.
Kude mengaku sudah berada di sana sejak pagi dan kegerahan.
"Tapi kalau begini tak makan," kata dia.
Saya pun mewawancarai Kude.
Dia tak keberatan bercerita tentang hidupnya dari sebelum menjadi badut hingga kini.
Kude berasal dari Gorontalo.
Kesulitan ekonomi membuatnya tak bersekolah.
Karena itu, tak banyak pilihan baginya untuk bertahan hidup.
Makanya, tawaran jadi badut langsung disambar Kude dengan sukacita.
"Saya bekerja dengan senang hati," katanya.
Majikan Kude ada di Paal Dua.
Bersama sejumlah rekannya, Kude menjelajahi lampu merah di Manado untuk mengais rezeki.
Pekerjaan badut lampu merah, sebut dia, sangat sulit, butuh stamina tinggi.
Seharian mereka harus berdiri, bergoyang, kadang berlari di bawah sinar matahari terik.
Itu semua dilakoni dalam balutan kostum badut yang sangat tebal.
"Gerah rasanya, keringat banyak sekali. Kalori terbakar sangat banyak," katanya.
Kude beberapa kali nyaris pingsan karena kehabisan tenaga.
"Syukurlah bisa teratasi. Saya harus bekali dengan pocari sweat agar tak habis tenaga," katanya.
Sinar matahari memang menyiksanya, tapi hujan bakal mematikannya.
Karena itulah Kude tak pernah mengutuk matahari.
"Kalau hujan justru tak bisa kita cari uang," kata dia.
Ada malaikat, ada setan.
Itulah realitas hidup yang dialami semua manusia, termasuk Kude.
Banyak yang berhati malaikat.
"Ada yang kasih kami minuman, banyak pula yang kasih uang banyak. Tapi ada pula yang sengaja menyambar kami dengan kendaraan," kata dia.
Bekerja seminggu penuh dari pagi hingga malam dengan sistem shift, Kude beroleh cuan sekira Rp 300 ribu per hari.
Potong setoran ke bos dan biaya lain-lain, ia mengantongi bersih Rp 100 ribu per hari.
Kude mengaku kerap kelelahan, tapi ia tidur nyenyak.
Tak ada beban menghimpit, tak ada yang ia lukai, rugikan, atau curi.
Ia hanya bergoyang untuk menghibur, diberi uang ya syukur, tidak juga tak mengapa.
Bangun pagi-pagi untuk mencari cuan di pojok lampu merah, begitu seterusnya.
Banyak yang mencibir, menyebut mereka pengemis, atau tukang tipu.
Di beberapa daerah, Satpol PP menangkap mereka, sebagaimana video yang viral itu.
Tapi Kude sangat bersyukur pada Tuhan atas pekerjaan itu.
Ia tak bersekolah, maka mungkin jadi badut jalan satu-satunya untuk bertahan hidup.
Tapi tak semua seperti Kude.
Banyak yang diberi nikmat 1000 kali, tapi ingin lebih lagi, lalu korupsi.
Banyak pejabat yang korupsi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.