Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jakarta

Bahaya Kondisi Udara Buruk di Jakarta, Bisa Memicu Orang Idap Kanker hingga Stres

Dampak bahaya kondisi udara buruk di Jakarta. Bisa memicu orang mengidap kanker hingga stres. Dosen TLM berikan penjelasan.

Editor: Frandi Piring
Kompas.com
Dampak bahaya kondisi udara buruk di Jakarta. Bisa memicu orang mengidap kanker hingga stres. 

Tidak hanya itu saja, jika polutan di udara terjatuh pada permukaan dapat menjadi sumber polutan bagi makanan dan minuman yang dibiarkan terbuka.

"Ketika makanan atau minuman tersebut dikonsumsi sangat mungkin akan menyebabkan terjadinya masalah pada saluran pencernaan serta berbagai penyakit lainnya," tukas dia.

Ilustrasi Stres. Inilah tanda sistem imun melemah.
Ilustrasi Stres. Inilah tanda sistem imun melemah. (Tribun Manado)

Baca juga: Daftar 10 Kota Besar di Indonesia, Terbesar di Wilayah Jakarta dengan Total Penduduk Capai 3 Juta

Jakarta jadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia

DKI Jakarta sempat menempati posisi pertama sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Rabu (15/6/2022).

Hasil tersebut dipublikasikan oleh situs IQ Air yang mengoperasikan informasi kualitas udara real-time gratis terbesar di dunia.

Dikutip dari Kompas TV, indeks kualitas udara di DKI Jakarta mencapai angka 185 AQI US pukul 10.00 WIB yang menyebabkan masuk ke dalam kategori merah atau tidak sehat.

Kemudian indeks kualitas udara tersebut mulai menurun ke angka 165 AQI US pada pukul 12.00 WIB dan terus menurun ke kategori sedang di angka 65 AQI US pukul 17.00 WIB.

Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yogi Ikhwan mengungkapkan, penyebab buruknya kualitas udara di DKI Jakarta karena kelembapan tinggi dan suhu yang rendah.

Kualitas udara yang buruk tersebut diperparah dengan kontribusi polusi udara dari kendaraan bermotor di jalanan DKI Jakarta.

"Berdasarkan data dari Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

pada tanggal 15 Juni 2022 sejak dini hari kelembapan tinggi, sedangkan suhunya rendah.

Akibatnya, polutan pencemar udara terakumulasi di lapisan troposfer," kata Yogi, dikutip dari Kompas.com, Rabu (15/6/2022).

Baca juga: Tips Merawat Kulit untuk Hindari Polusi Udara

Artikel ini sebelumnya tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved