Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sulawesi Utara

Lebaran Ketupat di Sulawesi Utara, Warisan Budaya Kyai Modjo dan Temurun Komunitas Jawa Tondano

Di Sulawesi Utara, Lebaran Ketupat dirayakan masyarakat Jawa Tondano (Jaton) di Kampung Jawa, Tondano, Minahasa. 

Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Rizali Posumah
Tribun Manado/Fernando Lumow
Ketua Lembaga Adat Masyarakat Jawa Tondano (Jaton), Prof Drs Ishak Pulukadang. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebagian umat Muslim di Sulawesi Utara akan merayakan Lebaran Ketupat. 

Lebaran Ketupat dirayakan sepekan setelah Idul Fitri.

Tepatnya pada hari ke 8 Bulan Syawal. 

Tahun ini, Lebaran Ketupat jatuh pada Sabtu 29 April 2023.

Di Sulawesi Utara, Lebaran Ketupat dirayakan masyarakat Jawa Tondano (Jaton) di Kampung Jawa, Tondano, Minahasa. 

Begitu juga masyarakat diaspora Jawa Tondano yang ada di Sulawesi Utara dan daerah lain di Indonesia. 

Meski begitu, banyak juga komunitas lain seperti komunitas Muslim di Manado Utara dan beberapa wilayah lain di Manado merayakan Lebaran Ketupat. 

Tradisi Lebaran Ketupat di Sulawesi Utara tak lepas dari keberadaan Komunitas Jaton. 

"Tradisi ini diperkenalkan Kyai Modjo serta pengikutnya ke temurunnya yang kini dikenal dengan sebutan Jaton," kata Prof Drs Ishak Pulukadang, Ketua Lembaga Adat Pakasaan Jawa Tondano kepada Tribunmanado.co.id di kediamannya di IKIP Bawah, Jalan Kampus Unsrat, Manado, Jumat (28/04/2023). 

Kyai Modjo adalah panglima perang sekaligus penasihan spiritual Pangeran Diponegoro. 

Ia aktor penting setelah Diponegoro dalam Perang Jawa 1825-1830.

Perang berakhir setelah Diponegoro Kyai Modjo ditangkap Belanda. 

Kyai Modjo serta 62 pengikutnya yang semuanya laki-laki tiba di Manado 1 Mei 1830.

Dua pekan kemudian, mereka tiba di Tondano. 

Singkat cerita, pengikut Kyai Modjo menikah dengan perempuan-perempuan Minahasa.

Akulturasi budaya pun terjadi. 

Kata Pulukadang, Lebaran Ketupat aslinya disebut Ba'do Ketupat atau Ba'da Ketupat.

Ba'do atau Ba'da--belakangan biasa disebut Bakda--adalah Bahasa Arab yang berarti sesudah. 

"Secara harafiahnya Ba'do atau Ba'da Lebaran ini, sesudah Lebaran (Idul Fitri). Karena digelar sepekan setelah Idul Fitri," tuturnya. 

Ba'da Ketupat digelar setelah umat menunaikan Puasa Syawal selama enam hari. 

"Puasa Syawal ini biasanya dilakoni orang tua, sejak 2 Syawal, selama enam hari dan puncaknya Lebaran Ketupat," katanya lagi. 

Disebut Lebaran Ketupat, karena mereka yang merayakan menjadikan ketupat sebagai sajian. 

Kulit ketupat adalah anyaman janur. Bentuk yang populer saat ini prisma empat dimensi. 

"Sebenarnya ketupat itu ada yang bentuknya mirip bawang. Dulu, menganyam ketupat dilombakan," jelasnya. 

Ketupat dua macam, isinya beras atau ketan. Ketupat dimasak dalam santan berbumbu. 

Ketupat biasa disajikan dengan aneka lauk. Baik menu asli Jawa maupun Minahasa 

Lanjut Prof Ishak Pulukadang, Lebaran Ketupat adalah tradisi temurun bagi masyarakat Jaton dan diasporanya di seluruh Indonesia. 

Lebaran Ketupat menjadi simbol persaudaraan. Lebaran Ketupat, warga Jaton membuka pintu rumah mereka untuk tamu dari mana saja. Mereka bakal dijamu. 

"Tradisi ini jadi wadah kerukunan persaudaraan di Minahasa. Wujud kerukunan antar umat beragama karena istilah 'baku pasiar, baku pigi'," katanya. 

Lebaran Ketupat jadi daya tarik wisata. Khususnya bagi mereka yang tertarik dengan destinasi budaya dan religi. 

Ajaran Walisongo

Dikutip dari berbagai sumber, sejarah Lebaran Ketupat diperkenalkan pertama kali oleh salah satu Walisongo yakni Sunan Kalijaga. 

Sunan Kalijaga memperkenalkan istilah ba'da atau bakda Lebaran dan Bakda Kupat yang artinya sesudah Lebaran atau sesudah Kupat.

Bakda Lebaran merupakan prosesi pelaksanaan salat Ied mulai dari tanggal 1 Syawal dengan berkunjung untuk saling silaturahmi, tradisi ini biasanya saling bermaaf-maafan antra keluarga, dan sanak saudara. 

Sedangkan Bakda Kupat diperingati seminggu setelah lebaran.

Lebaran Ketupat kemudian dikenal luas setelah dirayakan di zaman pemerintahan Kesultanan Demak.

Masyarakat muslim Jawa umumnya membuat ketupat untuk dimakan bersama-sama. (ndo) 

Baca Berita Lainnya di Google News

Baca Berita Terbaru Tribun Manado KLIK INI

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved