Wawancara Eksklusif
Jejak Rafiuddin Djamir, Saudagar Bugis Makassar yang Sukses di Manado Sulawesi Utara
Lebih dikenal sebagai Haji Udin. Memimpin beberapa perusahaan tambang. Usahanya tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku Utara hingga Papua.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
Dengan wilayah operasional yang tersebar di berbagai provinsi, bagaimana Anda mengontrolnya?
Ada sistem dan managemen. Masing-masing ada penanggungjawab yang kita percayakan.
Syukurlah dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, kami banyak dimudahkan.
Saya tak mesti lagi harus datang di kantor kami di beberapa provinsi untuk mengontrol atau bertatap muka saat rapat.
Kapan saja, kami bisa rapat rutin rapat via zoom. Menerima berkas laporan, foto dan video progres proyek tak pakai lama.
Saat itu juga bisa saya terima melalui email atau whatsApp di handphone.
Jadi tidak merepotkan. Semua urusan bisa segera dievaluasi dan ditindaklanjuti kapan dan di mana saja.
Selain urusan bisnis, saya dengar Anda juga aktif di beberapa organisasi sosial? Apa saja?
Alhamdulillah karena banyak teman dan sahabat, jadi saya diajak bergabung di beberapa organisasi sosial, olahraga, keagamaan hingga organisasi daerah.
Di antaranya dipercaya sebagai Ketua Umum Pengurus Provinsi Persatuan Panahan (Perpani) Sulawesi Utara.
Sebagai penasihat di Pengurus Hari-Hari Besar Islam (PHBI) Kota Manado.
Sebagai bendahara di Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sulawesi Utara dan PW Muhammadiyah Sulawesi Utara.
Saya juga dipercaya sebagai Ketua Dewan Pembina Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Sulawesi Utara.
Saya dengar Anda juga telah membangun pondok tahfiz?
Iya benar. Sejak empat tahun lalu. Namanya Pondok Pesantren Minhajus Sunnah. Tempat para santri belajar menghapal Al Quran.
Saya bangun di Kampung Borongkapa, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Itu kampung kelahiran saya.
Dalam pondok ini ada juga masjidnya. Namanya Masjid Hj Ramliah. Namanya mengabadikan nama ibu saya.
Saat ini mengasuh sekitar 70 santri. Terdiri 50 santri dan 20 santriwati.
Darimana ide awal membuat ponpes tahfiz?
Waktu itu saya pulang kampung di Bantaeng. Saya ketemu kemenakan.
Ternyata beberapa kemenakan saya itu tahfiz (penghafal Al Quran). Saya kagum dengan mereka. Dari situ terbetik ide membuat pondok tahfiz.
Sekaligus agar kemenakan saya yang tahfiz itu punya tempat untuk mengajari orang-orang lain belajar menjadi tahfiz.
Saya dengar Anda sangat dekat dengan para elite PDIP. Apakah Anda juga bergabung dengan PDIP?
Iya saya dekat. Tapi sampai sekarang saya tidak bergabung dengan satu pun partai.
Sebab saya merasa bukan talenta saya di partai politik. Passion saya di bisnis.
Siapa di antara anak yang disiapkan sebagai penerus usaha Anda kelak?
Anak saya dua orang. Yang sulung memilih jadi ASN, mungkin dia kurang tertarik dengan kerja sebagai kontraktor.
Yang bungsu masih kuliah di Makassar. Agaknya yang bungsu ini yang saya harapkan kelak bisa melanjutkan usaha kami. (jum)
Baca juga: Sosok Ketua KKSS Manado Salahuddin Ganggong, Dulu Ngojek Kini Sukses Jadi Importir
Wawancara Eksklusif Ridwan Kamil: Investor di IKN Makin Banyak karena Prabowo Menang Pilpres 2024 |
![]() |
---|
Kelola Sampah Bisa Jadi Keuntungan di Manado Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Eksklusif: Olly Dondokambey Bicara Target PDIP dan Penggantinya |
![]() |
---|
Ganjar Pranowo Buka-bukaan Saat Jadi Narasumber Podcast Tribun Manado |
![]() |
---|
Astrid Kumentas Bicara Tentang Perubahan Manado, Berikut Petikan Wawancara Eksklusif |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.