Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Niat Bripka Arfan Saragih Bongkar Dugaan Penggelapan Pajak Tak Terwujud, Sang Polisi Tewas Tak Wajar

Kuasa hukum Bripka AS, Fridolin Siahaan menyebut, Bripka Arfan Saragih berjanji akan membongkar kasus dugaan penggelapan pajak.

Editor: Ventrico Nonutu
HO
Bripka Arfan Saragih ditemukan tewas tak wajar. Keluarga korban sebut soal dugaan penggelapan pajak. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Fakta baru terungkap terkait kasus tewasnya Bripka Arfan Saragih.

Bripka Arfan Saragih sebelumnya ditemukan tewas secara tidak wajar.

Anggota Satlantas Polres Samosir tersebut disebut meminum racun sianida.

Namun belakangan pihak keluarga Bripka Arfan Saragih mengungkap hal baru terkait dengan kematian itu.

Keluarga menduga ada motif lain terkait dengan kematian Bripka Arfan Saragih.

Baca juga: Sosok Briptu RF, Staf Pribadi Pimpinan Polda Gorontalo, Ditemukan Tewas di Mobil Dinas

Kuasa hukum Bripka AS, Fridolin Siahaan menyebut, Bripka Arfan Saragih berjanji akan membongkar kasus dugaan penggelapan pajak di UPT Samsat Pangururan, Sumatera Utara.

Namun, itikad tersebut batal lantaran Bripka Arfan Saragih tewas diduga bunuh diri sebelum niatnya terlaksana.

Diketahui, Polisi mulai menyelidiki penggelapan pajak Rp 2, 5 Miliar yang dilakukan Arfan dan sejumlah pegawai Bapenda.

“Kami ingin gerak cepat juga. Kami tidak ingin menutupi penggelapan pajak tersebut, karena janji almarhum dia ingin membuka apa dan siapa saja di dalam kasus penggelapan pajak ini,” ujarnya saat ditemui awak media di Bareskrim Polri, Jakarta, pada Jumat (24/3/2023).

Selain itu, Fridolin menilai kematian kliennya untuk menutupi mata rantai kasus pengelapan pajak di UPT Samsat Pangururan.

“Kami patut menduga, jangan-jangan beliau (Bripka Arfan Saragih) meninggal untuk menutup mata rantai penggelapan pajak di UPT Samsat Pangururan,” ujarnya.

Diancam kapolres

Istri almarhum Bripka Arfan Saragih, Jeni Irene Simorangkir, mengaku suaminya sempat mendapatkan ancaman dari atasannya sebelum dikabarkan meninggal dunia karena diduga meminum racun sianida.

Disebutkan Jeni, adapun orang yang mengancam suaminya adalah Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman.

Sebelum tragedi nahas yang menimpa suaminya ini, kata Jeni, Arfan sempat bercerita kepada dirinya soal ancaman dari Kapolres Samosir.

"(Soal) ancaman, almarhum pernah bilang (pengancam) akan membuat anak dan istri menderita dan saya yakini itu benar."

"(Suami saya dapat ancaman) dari Bapak Kapolres Samosir," kata Jeni dikutip dari Kompas Tv.

Sebagai seorang istri yang ditinggalkan, Jeni sempat syok dan kaget.

Pasalnya, tidak hanya soal anak, Jeni juga merasa heran soal penyebab kematian suaminya, Arfan Saragih.

"Saya merasa sedih karena almarhum sudah berjuang dan beritikad baik (menebus kesalahannya) tapi kenapa malah seperti ini, kalaupun suami saya memang bersalah, janganlah seperti ini caranya, karena anak-anak masih punya masa depan."

"Saya tak tahu lagi apa yang harus saya katakan, saya merasa terpukul dengan kejadian ini. Ini pun mereka (pihak kepolisian) mengatakan (penyebab kematian Arfan Saragih) karena minum sianida, ini seperti terlalu banyak drama," tegas Jeni.

Jenny meragukan penyebab kematian suaminya yang disebut tewas bunuh diri adalah karena meminum cairan sianida.

Dikutip dari YouTube Tribun MedanTV, dikatakan Jeni, dugaan pengancaman terjadi pada 23 Januari 2023 lalu.

Saat itu, kata Jenni, suaminya sedang dipanggil Kapolres Samosir, AKBP Yogie Hardiman.

"Tanggal 23 (Januari 2023) setelah apel, katanya bapak Kapolres menyita handphonenya," ujar Jeni.

Ketika dipanggil untuk menghadap Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman, Bripka Arfan lalu ditantang.

"Bapak Kapolres bilang sama almarhum terkait dengan masalah (penggelapan pajak) ini dia bilang 'Bakingmu siapa, selama bintang satu, ataupun jenderal bintang dua, saya tidak takut, kalau bintang tiga baru takut'," ujar Jeni, Selasa (21/3/2023) menirukan cerita dari Bripka Arfan.

Tak cuma menantang, AKBP Yogie Hardiman juga disebut berulang kali menyatakan akan membuat sengsara keluarga Bripka Arfan Saragih.

Ditemukan tewas

Sebelumnya, Bripka Arfan Saragih yang merupakan seorang anggota Satlantas Polres Samosir ditemukan tewas usai diduga bunuh diri dengan meminum racun sianida.

Aksi bunuh diri Bripka Arfan disebut-sebut lantaran frustasi ketahuan menggelapkan uang pajak kendaraan motor dari ratusan warga Samosir.

Adapun jumlah nominal total uang pajak yakni sebanyak Rp 2,5 miliar.

Pada 6 Februari lalu, ia ditemukan tewas di tebing curam Dusun Simullop, Desa Siogung Ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir oleh sesama rekan polisi.

Dari lokasi temuan mayat Bripka Arfan, Polisi menemukan sebuah botol minuman bersoda yang diduga telah dicampur dengan racun sianida.

Tidak jauh dari tubuh korban ditemukan tas berwarna hitam merk Asus yang didalamya terdapat 19 BPKB dan 25 STNK.

Sebelum ditemukan tewas, anggota Polres Samosir Bripka Arfan Saragih memang berniat membongkar sindikat penggelapan di Samsat Samosir.

Niat itu ia ucapkan ke isterinya setelah ia mengaku lelah ditekan soal kasus pajak yang menyeretnya.

Namun anehnya, sebelum ia membongkar sindikat penggelapan pajak di Samsat Samosir, ia ditemukan tewas.

Kematian anggota Polres Samosir Bripka Arfan Saragih berbuntut panjang setelah pihak keluarga mencurigai banyaknya kejanggalan.

Bripka Arfan Saragih dinyatakan bunuh diri menenggak racun sianida oleh pihak Polres Samosir.

Almarhum juga diduga kuat menggelapkan pajak kendaraan bermotor mencapai ratusan juta.

Yang membuat pihak keluarga curiga adalah Bripka Arfan Saragih akhiri hidup di saat ia telah mengembalikan sebagian besar pajak motor yang ia gelapkan.

Pihak keluarga mengatakan sisa pajak yang belum dikembalikan hanya sekitar puluhan juta.

Selain itu pihak keluarga juga menemukan sejumlah kejanggalan lainnya.

Atas sejumlah kejanggalan itu, pihak keluarga Bripka Arfan Saragih melapor ke Polda Sumut.

Komisi Ke polisian Nasional (Kompolnas) akan meminta klarifikasi terhadap Polda Sumatera Utara (Sumut) terkait kasus kematian Bripka Arfan.

“Oleh karena itu untuk mendapatkan kejelasannya, Kompolnas akan melakukan klarifikasi kepada Polda Sumatera Utara,” kata Komisioner Kompolnas Poengky Indarti saat dikonfirmasi, Jumat (24/3/2023).

Menurut Poengky, ada tiga hal yang diminta klarifikasi ke Polda Sumut.

Pertama, soal penjelasan pihak Ke polisian yang menyebut Bripka Arfan meninggal karena bunuh diri minum racun sianida.

Kedua, pihak keluarga yang menilai ada kejanggalan serta melaporkan dugaan pembunuhan terhadap Bripka Arfan ke Polda Sumatera Utara.

Keluarga juga menduga ada pengancaman yang diduga dilakukan Kapolres Samosir.

Ketiga, Kompolnas juga mencatat adanya dugaan kasus korupsi yang melibatkan Bripka Arfan dan orang-orang lainnya.

Poengky meminta perkembangan kasus itu juga disampaikan secara transparan kepada publik.

Ia juga mendorong kasus dugaan korupsi yang terkait kasus itu dapat terus diusut karena diduga melibatkan orang-orang lain serta adanya jumlah kerugian masyarakat yang besar.

Sementara itu, laporan keluarga Bripka Arfan juga perlu ditindaklanjuti jika ada temuan bukti-bukti yang menguatkan dugaan pihak keluarga.

“Laporan dugaan pembunuhan perlu ditindaklanjuti oleh Polda Sumatera Utara secara profesional dengan dukungan scientific crime investigation, termasuk memeriksa apakah benar Kapolres Samosir mengancam almarhum seperti yang diduga keluarga,” imbuh dia.

Diberitakan sebelumnya, Bripka Arfan ditemukan tewas di tebing curam di Dusun Simullop, Desa Siogung Ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, 6 Februari 2023.

Tak jauh dari lokasi penemuan jasadnya, polisi menemukan sebotol soft drink berwarna keruh yang diduga telah dicampur dengan racun sianida dan botol diduga berisi serbuk racun.

Polisi juga menemukan tas berwarna hitam merek Asus yang berisi 19 BPKB dan 25 STNK serta plastik bertuliskan Indomaret berisi 1 gulungan tali nilon biru.

Bripka Arfan diduga terlibat penggelapan uang pajak kendaraan bermotor ratusan warga Samosir yang angkanya mencapai Rp 2,5 miliar.

Pihak keluarga menyatakan kematian Bripka Arfan janggal.

Kerabat Bripka Arfan, Tasman Sipayung, mengatakan, sebelum meninggal korban pernah mengaku capek ditekan mengenai kasus pajak dan akan membongkar sindikat penggelapan di Samsat Samosir kepada istrinya.

Tasman mengatakan, yang membuat keluarga tidak yakin korban bunuh diri lantaran yang bersangkutan sudah melunasi sebagian uang yang telah digelapkan.

Menurut Tasman, ada Rp 650 juta uang yang sudah dikembalikan Bripka Arfan. Jika dihitung, masih ada Rp 80 juta yang harus dikembalikan.

Telah tayang di WartaKotalive.com

Baca Berita Lainnya di Google News

Baca Berita Terbaru Tribun Manado KLIK INI

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved