Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Google Doodle

Sosok Sapardi Djoko Damono Sastrawan Indonesia Jadi Google Doodle Hari Ini, Penyair Hujan Bulan Juni

Sapardi Djoko Damono adalah seorang punjagga kebanggaan Indonesia yang lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. Dia kerap dipanggil dengan nama akrab, SDD.

Editor: Erlina Langi
Tangkapan Layar Google
Sosok Sapardi Djoko Damono Sastrawan Indonesia Jadi Google Doodle Hari Ini 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Inilah sosok Sapardi Djoko Damono, seorang sastrawan atau punjagga kebanggaan Indonesia yang jadi Google Doodle hari ini, Senin 20 Maret 2023.

Bagi pengguna mesin pencari Google pasti bakal menemukan doodle bergambar pria sedang memegang buku dan payung di bawah rintik hujan.

Sosok Sapardi Djoko Damono berada tepat di tengah tulisan 'Google' atau sebagai ganti huruf 'o' yang kedua.

Tentunya bukan tanpa sebab Google menampilkan sosok Sapardi Djoko Damono.

Hal tersebut merupakan bagian dari memperingati hari lahir penyair yang merevolusi puisi liris di Indonesia.

Satu diantara sejumlah puisinya yang paling fenomenal hingga masih dinikmati dari generasi ke generasi, yakni kumpulan puisi " Hujan Bulan Juni " yang terbit pada 1994.

Baca juga: Apa Itu Gurindam Dua Belas? Karya Sastra Buatan Raja Ali Haji yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Sapardi Djoko Damono, penyair Indonesia angkatan 1970-an.
Sapardi Djoko Damono, penyair Indonesia angkatan 1970-an. (Gramedia.com)

Lantas siapa sebenarnya sosok Sapardi Djoko Damono ini?

Sapardi Djoko Damono adalah seorang punjagga kebanggaan Indonesia yang lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. Dia kerap dipanggil dengan nama akrab, SDD.

Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020).

Sapardi dikenal melalui berbagai puisi mengenai hal-hal sederhana tapi penuh dengan makna kehidupan.

Hal itu yang membuat karyanya begitu popular di Indonesia, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.

Sapardi Djoko Damono menghabiskan masa mudanya di Surakarta.

Dia menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 2 Surakarta pada tahun 1955 dan lulus dari SMA Negeri 2 Surakarta pada 1958.

Kemudian, Sapardi melanjutkan pendidikannya demi mengembangkan bakat dan kesukaannya menulis di jurusan Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pada tahun 1973, Sapardi meninggalkan Semarang menuju Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved