Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Penanganan Stunting

BREAKING NEWS 2.231 Balita Sulawesi Utara Alami Stunting

Sebanyak 3.231 balita di Sulawesi Utara terkena stunting. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2021.

|
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Isvara Savitri
Tribunmanado.co.id/Fernando Lumowa
Ketua Satgas Penanganan Stunting BKKBN Sulawesi Utara, Murphy Kuhu. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Ribuan balita di Sulawesi Utara mengalami stunting atau kurang gizi.

Berdasarkan data surveilans gizi tahun 2022, sebanyak 2.231 balita di Bumi Nyiur Melambai mengalami stunting.

"Jumlah balita itu tersebar di 15 kabupaten/kota," kata Ketua Satgas Penanganan Stunting BKKBN Sulawesi Utara, Murphy Kuhu, Senin (6/3/2023).

Data itu diperoleh dari dua kali pengukuran balita di Sulawesi Utara tahun lalu.

Pengukuran dilakukan dua kali, pada Februari dna Agustus 2022, sedangkan penarikan data pada Mei dan November 2022.

Data dari Kementerian Kesehatan RI, ada 146.533 balita yang diukur di Sulawesi Utara pada tahun 2022.

Sebanyak 131.043 atau 89,43 persen balita bisa dijangkau pengukuran, sedangkan sisanya tidak karena banyak faktor.

"Di antaranya akses, feografi, faktor orangtua, dan lainnya," jelasnya lagi.

Menurut Murphy, angka balita stunting di Sulut ini turun dibanding tahun 2021.

Pada tahun 2021, balita stunting Sulut 3.144 atau 3,10 persen dari 130.464 balita.

Baca juga: Wakil Wali Kota Manado Richard Sualang Launching Logo Hapsa P/KB GMIM 2023

Baca juga: Prabowo: Keputusan Partai Saya Capres, Bantah Wacana Duet Anies Baswedan-Sandiaga Uno

Sementara tahun 2022, sebanyak 2.231 balita stunting atau 2,47 persen dari 146.533 balita yang disasar.

Katanya, balita stunting telah mendapatkan penanganan dari satgas.

Satgas tersebut terdiri dari Pemprov Sulut, pemkab/kota, dan stakeholder terkait.

"Mereka diarahkan agar bisa ke Posyandu. Selain mendapatkan makanan bergizi tambahan, sumber protein, diperiksa kesehatannya," katanya.

Balita stunting yang kesehatannya buruk pun langsung dirawat di fasilitas kesehatan, termasuk pemberian vitamin, vaksinasi, dan kebutuhan lainnya.

Anak-anak stunting Kota Bitung diperiksa di Rumah Sakit RW Monginsidi Manado, Sulawesi Utara, didampingi Kodim 1310/Bitung.
Anak-anak stunting Kota Bitung diperiksa di Rumah Sakit RW Monginsidi Manado, Sulawesi Utara, didampingi Kodim 1310/Bitung. (Tribunmanado.co.id/Istimewa)

Menurutnya, persoalan stunting kompleks.

Bisa dipengaruhi faktor pendidikan, ekonomi, hingga sosial.

Karena itu, penanganan stunting harus dimulai sejak masa pra-nikah.

"Sebab ada juga keluarga risiko stunting. Latar belakangnya kurangnya pengetahuan, tidak tahu, ekonomi sulit, dan lain-lain," jelasnya.

Penanganan stunting harus berjalan dari hulu ke hilir.

Baca juga: Peringatan Dini Besok Selasa 7 Maret 2023, Info BMKG 32 Wilayah Waspada Potensi Cuaca Ekstrem

Baca juga: Rating Drakor Terbaru Maret 2023, Drama Korea Crash Course in Romance Memukau di Akhir Penayangan

Mulai dari pendidikan keluarga, edukasi ke pasangan yang mau menikah, calon orangtua, calon ibu hamil, remaja, hingga ibu hamil.

"Biasanya kasus stunting berkaitan dengan faktor pendidikan minim dan keluarga kurang mampu," jelasnya.(*)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved