Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sains

Keberadan Buaya bagi Masyarakat Mesir Kuno, Simbol Kekuatan hingga Kematian

Buaya rupanya sangat berarti bagi masyarakat Mesir kuno. Buaya bisa menyimbolkan kekuatan hingga kematian.

Editor: Isvara Savitri
Gatorland VLOGS
Ilustrasi 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sejak dulu, hewan selalu memainkan peran penting dalam kehidupan manusia, termasuk di Mesir kuno.

Hewan banyak berperan dalam kehidupan kerajaan maupun non-kerajaan di Mesir kuno.

Biasanya, hewan berperan sebagai dewa, peliharaan, simbol, hingga keberuntungan.

Masyarakat Mesir kuno beranggapan hewan memiliki sifat menarik yang dikagumi dan ingin ditiru.

Sifat-sifat tersebut misalnya berkaitan dengan kekuatan, proteksi, agresivitas, hingga hubungan dengan kelahiran kembali.

Untuk itu, dewa dalam wujud binatang menunjukkan masyarakat Mesir kuno yang meyakini sifat-sifat tertentu.

Salah satu hewan yang dijadikan simbol adalah buaya.

Peran penting buaya bagi masyarakat Mesir kuno

Dilansir dari Reading Museum, buaya adalah salah satu hewan paling berbahaya dan ditakuti di Mesir. 

Akibatnya, tidak mengherankan bahwa buaya mendapatkan status agama dan mitologis yang mengesankan bagi masyarakat Mesir kuno, yang berusaha menemukan cara untuk melindungi diri dari murka makhluk mematikan tersebut.

Baca juga: KIB dan KIR Jika Bergabung Akan Sulitkan PDIP di Pilpres 2024 Kata Pengamat Ini, Sebut Prabowo Cs

Baca juga: 31 Rekomendasi Ucapan Valentine Bahasa Inggris untuk Pacar, Lengkap dengan Artinya

Dewa buaya Sobek, yang namanya berarti 'buaya', adalah dewa kuat yang disembah dari Kerajaan Lama hingga Zaman Romawi. 

Kuil untuk pemujaan dewa ini tersebar luas, tetapi dua pusat pemujaan utama Sobek terletak di kota kuno Shedet (Crocodileopolis Yunani), Medinet-el Faiyum modern, wilayah Faiyum, dan di kuil Kom Ombo, Mesir Hulu. 

Di dalam kuil yang didedikasikan untuk Sobek, biasanya terdapat kolam yang penuh dengan buaya suci, yang dimumikan setelah kematiannya dan ditempatkan di kuil dan pemakaman.

Dewa Sobek 

Sobek merupakan dewa berkepala buaya dengan beberapa konotasi penting, termasuk hubungannya dengan warna hijau. 

Ilustrasi
Ilustrasi (www.lighthousenewsdaily.com)

Penyembahan Sobek memuncak pada Kerajaan Tengah (c. 2055 -1650 SM), yang namanya terlihat dipinjamkan ke beberapa Firaun Dinasti Keduabelas dan Ketigabelas seperti Sobeknefru dan Sobekhotep I –IV.

Dalam mitologi, seperti yang tertulis dalam teks Piramida, Sobek disebut sebagai 'orang yang mengamuk' yang 'mengambil wanita dari suaminya kapan pun dia mau sesuai dengan keinginannya', tetapi juga bertanggung jawab untuk menghijaukan rumput di ladang dan sungai. 

Utamanya, Sobek adalah dewa air dan daerah lain di mana buaya sering ditemukan seperti tepi sungai dan tanah rawa. Diyakini pula bahwa Sungai Nil muncul dari keringat Sobek. 

Sobek dikaitkan dengan kultus dewa lain, seperti Osiris dan Amun, dan khususnya dewa matahari ketika dalam bentuk Sobek-Ra, yang membuatnya diidentikkan dengan dewa matahari Yunani, Helios. 

Sobek juga terkait erat dengan raja dan dapat bertindak sebagai simbol kekuatan dan kekuatan firaun. 

Baca juga: Sosialisasi Program P/KB Sinode GMIM Tahun 2023 di Rayon Manado Sukses, Ini Kata Sekum Reza Rumambi

Baca juga: Sosok Riko Arizka Tersangka Pembunuh Mahasiswi di Pandeglang, Punya Motif Cemburu Kepada Mantan

Sobek digambarkan sebagai reptil, sering duduk di atas kuil atau altar, atau sebagai manusia berkepala buaya. Dalam bentuk apa pun, Sobek biasanya memakai hiasan kepala cakram matahari dengan tanduk dan bulu tinggi, mungkin juga memakai wig saat dalam wujud manusia. 

Dewi Ammit

Dewa berkepala buaya lainnya adalah Ammit, yang dikenal sebagai 'pemakan kematian'. Dia adalah iblis wanita dan dewi berkepala buaya dengan tubuh yang merupakan bagian dari kuda nil dan bagian dari singa, tiga hewan terbesar dan paling berbahaya yang ditakuti oleh masyarakat Mesir kuno. 

Ammit paling sering terlihat dalam upacara penimbangan hati, menunggu untuk melahap hati yang tidak murni dari orang yang meninggal sehingga akan menghancurkan perjalanan mereka ke alam baka.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Masyarakat Mesir Kuno Memuja Buaya?".

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved