Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bursa Capres

Dilema Megawati, Peluang Ganjar, Prabowo dan Anies di Pilpres 2024

Memasuki tahun 2023, persaingan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) makin sengit. Apalagi pendaftaran calon presiden

Editor: Aswin_Lumintang
IG @Puan Maharani
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua DPR Puan Maharani 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Memasuki tahun 2023, persaingan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) makin sengit.

 Apalagi pendaftaran calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) baru akan dibuka
pada 19 Oktober - 25 November 2023 mendatang.

Deretan tokoh politik nasional masuk ke dalam bursa survei pemimpin pengganti Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-Ma'ruf Amin.

Namun ada tiga bakal capres yang kerap menempati urutan teratas hasil survei yakni Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto.

Lalu bagaimana peluang tiga sosok tersebut?

Ganjar Pranowo bersalaman dengan Joko Widodo dalam sebuah kesempatan sebelum pandemi.
Ganjar Pranowo bersalaman dengan Joko Widodo dalam sebuah kesempatan sebelum pandemi. (Warta Kota/henry lopulalan)

Survei Charta Politika

Hal itu bisa dilihat dari survei Charta Politika menunjukkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih memiliki elektabilitas tertinggi sebagai bakal calon presiden (capres) di Pemilihan Presiden di 2024. 

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan dalam simulasi 10 nama, Ganjar masih memiliki elektabilitas tertinggi, yakni 31,7 persen. 

 
Ganjar mengalahkan pesaingnya yang selalu muncul dalam papan atas survei, yakni eks Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan 23,9 persen dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 23,0 persen.

"Pada simulasi 10 nama, Mas Ganjar mendapatkan tingkat elektabilitas tertinggi," kata Yunarto pada Kamis (22/12) lalu.

Sementara, dalam simulasi tiga nama, Ganjar lagi-lagi mendapatkan elektabilitas tertinggi ketimbang
Anies dan Prabowo.

Politisi PDI Perjuangan itu memiliki elektabilitas 37,0 persen, kemudian Anies
29,2 persen, dan Prabowo 26,1 persen.

Kendati demikian, Yunarto menjelaskan ketiga tokoh tersebut memang saat ini masih menjadi papan
atas, jauh dari figur-figur lainnya. 

"Kecenderungannya akan mengarah pada pertarungan Anies Baswedan, dengan Ganjar Pranowo
apabila terjadi/ tidak ada perubahan yang berarti," sambungnya.

Yunarto juga memprediksi bahwa Ganjar Pranowo berpotensi menang jika pemilihan presiden
(Pilpres) 2024 hanya satu kali putaran.

Baca juga: Cristiano Ronaldo Gabung Al Nassr dengan Biaya Transfer 3 Triliun, Pemain Termahal Sepanjang Masa

Baca juga: Berita Populer Sulut: Angka Kriminalitas Meningkat, Jadwal Ibadah di Tiberias, Pedagang Musiman 45

Dia mengatakan hal itu bisa saja terjadi ketika Pilpres diikuti tiga paslon, yaitu ada Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. 

Menurut Yunarto, ketika Pilpres hanya digelar satu putaran, maka Ganjar bisa menang lantaran ada potensi suara Anies dan Prabowo pecah. 

"Kalau terjadi tiga-tiganya maju, di putaran pertama kondisi tiga nama ini akan menguntungkan Mas
Ganjar karena di situ akan terjadi perpecahan suara antara Anies dengan Prabowo," kata Yunarto.

Dia menuturkan dalam hasil survei Charta Politika menemukan adanya kecenderungan daerah yang
pada Pilpres lalu dikuasai Prabowo, kini mulai "digerogoti" Anies.

"Ada kecenderungan daerah yang dulu dikuasai oleh Pak Prabowo mulai  digerogoti oleh Anies dan sebagian diantaranya masih dikuasai Pak Prabowo," ujar Yunarto.

Analisis Peneliti LIPI

Sementara, Peneliti Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo menilai memikiran soal membangun koalisi yang solid merupakan modal utama sebelum melakukan
deklarasi capres maupun cawapres.

"Saya pikir pentingnya sebuah koalisi yang solid dan kuat itu lebih utama untuk saat ini sebelum
deklarasi," kata Wasisto saat dihubungi, Rabu (28/12/2022).

Menurutnya, hal itu sangat penting karena koalisi partai politik mempunyai veto politik dalam
menominasikan figur tertentu menjadi kandidat definitif.

"Maka saya pikir baik PS (Prabowo Subianto) maupun GP (Ganjar Pranowo) juga menyadari kondisi
itu meskipun secara popularitas tinggi," terangnya.

Pertimbangan LSI Denny JA

Sedangkan, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri disebut sebagai salah satu pimpinan partai
politik bakal menjadi king maker atau penentu peta politik pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Hal itu terungkap dalam temuan Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada 10 hingga 19
Oktober 2022.

Sebagai king maker, LSI Denny JA menyebut setidaknya Megawati memiliki empat dilema
menghadapi Pilpres 2024 mendatang.

Menurut LSI Denny JA, Megawati dilema apakah Ganjar Pranowo maupun Puan Maharani dipasang
sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendamping Prabowo Subianto. Atau sebaliknya,
meninggalkan Ketua Umum Partai Gerindra itu lalu mengusung kadernya sendiri.

"Dilema pertama Megawati, membuat kader PDIP menjadi cawapres Prabowo (bagi Puan atau
Ganjar), atau meninggalkan Prabowo, dan kader PDIP maju sebagai capres," demikian rilis LSI Denny JA, dikutip pada Rabu (21/12).

Sementara temuan LSI Denny JA menunjukkan elektabilitas Ganjar adalah 25,8 persen, Prabowo
23,9 persen, dan Puan 2,9 persen. Selain itu, LSI Denny JA menuturkan Megawati juga dilema
akankah mendorong Puan sebagai cawapres Prabowo, namun konsekuensinya Ganjar bakal diusung
partai lain sebagai capres.

"Sulit bagi Ganjar menolak pinangan capres partai lain jika partainya sendiri, PDIP, tidak
mencalonkannya," ungkapnya.

Dilema ketiga Megawati, kata LSI Denny JA, yakni tak mungkin Ganjar sebagai cawapres lantaran
memiliki elektabilitas tertinggi di atas Prabowo.

"Jika menyerahkan Ganjar menjadi cawapres Prabowo bukankah elektabilitas Ganjar lebih tinggi dan
PDIP partai lebih besar dibandingkan Gerindra?" ucap LSI Denny JA.

Terkahir, LSI Denny JA menambahkan Megawati dilema untuk mencari siapa sosok yang tepat
mendampingi Ganjar sebagai cawapres.

"Mustahil cawapres Ganjar adalah Prabowo karena Prabowo ingin  tetap menjadi  capres (ini berarti
tidak berkoalisi dengan Gerindra)," tuturnya.

Di sisi lain, LSI Denny JA menilai mustahil bagi Megawati ketika cawapres Ganjar berasal dari
Demokrat dan PKS karena mengusung Anies Baswedan.

Lebih lanjut, LSI Denny JA menerangkan bahwa pilihan terakhir bagi Megawati, yakni cawapres
pendamping kader PDIP berasal dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

Bisa juga Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) atau dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).

"Pilihan tersisa bagi PDIP adalah cawapres dari KIB (Airlanga Hartarto), atau dari PKB (Cak Imin atau
dari kalangan NU)," imbuhnya.

Sedangkan, terkait deklarasi Partai NasDem yang mendukung Anies Baswesan masih memerlukan
jalan yang panjang.

Pasalnya, hingga saat ini baru Partai NasDem yang menyatakan dukungan tersebut. Sementara,
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) maupun Partai Demokrat yang sebelumnya bakal mendeklarasikan
Koalisi Perubahan tak kunjung terealisasi.

Tentu, hal ini membuat Anies Baswedan belum tentu pasti didukung oleh PKS maupun Partai
Demokrat.

Peluang Prabowo Subianto pun masih terbilang belum pasti. Meski Prabowo telah menyatakan
kesiapannya maju sebagai Capres, namun Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai mitra koalisinya
belum menyatakan deal.

Karena, PKB ingin cawapres yang mendampingi Prabowo adalah Ketua Umum Muhaimin Iskandar
atau Cak Imin.  

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Membaca Peluang Ganjar, Prabowo, dan Anies di Pilpres 2024, https://www.tribunnews.com/mata-lokal-memilih/2022/12/31/membaca-peluang-ganjar-prabowo-dan-anies-di-pilpres-2024?page=all.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved