Lokal Bercerita
Sejarah Etnik Borgo di Manado Sulawesi Utara, Berawal dari Kedatangan Bangsa Eropa
Saat Maluku berhasil dijejaki pada tahun 1512, beberapa tahun kemudian tepatnya di tahun 1523, Manado dijadikan tempat persinggahan.
Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
"Mereka diberi meriam, bedil dan pentung, tugasnya memadamkan kekerasan antar suku di Minahasa, pernah pula orang Borgo mengusir bajak laut dengan meriam," katanya.
VOC selesai. Era keemasan Borgo berakhir. Mereka kembali pada status lama. Borgo benar benar terpuruk pada zaman Jepang.
"Mereka dicari dan dibunuh karena dituding jadi mata mata Belanda, ayah saya hampir dibunuh," katanya.
Beber dia, orang Borgo seiring waktu tak hanya Portugis, Spanyol dan Belanda. Tapi juga mencakup Inggris, Jerman dan Prancis. "Turunan Jerman, Inggris dan Perancis masih ada. Contohnya Smith, mereka dari Inggris," katanya.
Sebut dia, ada cara mengenali orang Borgo. Yakni dari tanah warisan. "Jika dia orang Borgo pastinya ada tanah warisan," katanya. Bebernya, banyak peninggalan budaya Borgo, yang paling tua adalah Cakalele Hasa.
"Ini mirip Kabasaran tapi dengan mengiris benda tajam ke tubuh, ada pula katrili, Tifa Spanyol dan lainnya, kami di Sindulang masih melestarikanya," kata dia. Terkandung niatnya untuk digelar Festival seni budaya Borgo. Ia percaya hal itu dapat memberi khazanah atraksi budaya bagi Sulut.
Bahasa Melayu Manado Disusun dari Puluhan Kata Portugis, Spanyol, dan Belanda
Kota Manado, Sulawesi Utara, memiliki etnis namanya Borgo. Etnis Borgo unik karena merupakan hasil perkawinan antara turunan Spanyol, Portugis, Belanda, dan Eropa dengan orang dari Kerajaan Bawontehu dan Minahasa.
Etnis Borgo mewarnai sejarah Manado yang sudah berumur 399 tahun. Sumbangsih mereka tidak sedikit pada Manado.
Hal ini nampak pada Bahasa Melayu Manado yang dipengaruhi bahasa Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.
Paulus Heydemans, penggiat budaya yang menekuni sejarah Etnis Borgo, menuturkan Bahasa Melayu Manado dibentuk dari Bawontehu, Minahasa, Borgo, dan Ternate. "Dari Bawontehu adalah kebiasaan menambah akhiran '-ng', seperti ilang dan ikang," katanya, Senin (19/12/2022).
Ia menyebut, cukup banyak Bahasa Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris yang jadi pembentuk Bahasa Melayu Manado. Ia menunjukkan sebuah bukunya tentang Kampung Sindulang.
Pada satu bab terdapat kata-kata Bahasa Melayu serapan dari Bahasa Spanyol, Portugis, dan Belanda. Jumlahnya puluhan, dan paling banyak Bahasa Belanda.
Dari Cakalele, Tifa Spanyol, Katrili, hingga Figura, Ini Kebudayaan Borgo di Manado Sulawesi Utara

Etnis Borgo unik karena merupakan hasil perkawinan antara turunan Spanyol, Portugis, Belanda, dan Eropa lainnya dengan orang orang dari Kerajaan Bawontehu dan Minahasa.