Sulawesi Utara
Suka Duka Pendamping Desa di Pulau Miangas Talaud Sulawesi Utara, Bertaruh Nyawa di Laut Sudah Biasa
Menjadi Pendamping Desa di daerah berstatus 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) seperti Kepulauan Talaud butuh tenaga dan mental ekstra.
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID - Menjadi Pendamping Desa di daerah berstatus 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) seperti Kepulauan Talaud butuh tenaga dan mental ekstra.
Kapasitas pengetahuan dan keberanian saja tidak cukup. Itulah yang dirasakan para Pendamping Desa di daerah yang berbatasan dengan Negara Filipina itu.
Baca juga: Data Stunting di Bolsel Sulawesi Utara Bulan November 2022 Turun Jadi 5,21 Persen
Ini sudah tahun kelima bagi Alpin Lumare (36) sebagai Pendamping Desa di Kecamatan Miangas.
Miangas, pulau paling utara di Indonesia. Butuh waktu dua malam satu hari dari Lirung, tempat tinggal Alpin untuk sampai di Miangas.
"Jadi kalau berangkat pagi ini, lusa pagi baru sampai," kata Alpin, salah satu peserta Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pendamping Desa yang digagas Kementerian Desa PDTT, Rabu (07/12/2022).
Katanya, tantangan utama Pendamping Desa di Talaud, khususnya Miangas ialah minimnya fasilitas transportasi dan jaringan internet.
"Sekarang serba digital, tapi di Miangas kita tidak bisa berbuat banyak. Karena itu semuanya dilakukan di Melonguane yang internetnya lumayan bagus," kata ibu dua anak ini di Sutanraja Hotel Minahasa Utara.
Untuk ke Melonguane harus menunggu jadwal kapal. Kadang juga tak bisa berangkat karena cuaca buruk tak bersahabat.
Jika mau cepat, bisa sewa speedboat ke Melonguane. Biayanya membuat kita mengerinyitkan dahi.
"Sekali jalan bisa 8-9 juta rupiah. Belum lagi kita harus nginap di Melonguane buat urusan selesai," katanya.
Belum lagi jika dalam perjalanan cuaca memburuk. Seolah bertaruh nyawa.
"Berdoa saja berserah, ingat keluarga," katanya.
Banyak urusan Pendamping Desa. Mulai dari mengawal pemanfaatan Dana Desa. Mereka melakukan pendampingan agar pemanfaatan tepat sasaran.
Lebih dari itu, mereka juga kerap membantu pengurusan administrasi kependudukan seperti KTP, Akta Lahir, NIK dan lain-lain.
"Jadi kalau ke Melonguane, semua berkas dan data terkait sudah saya bawa," kata Alpin.