Brigadir J Tewas
Cerita Ketakutan Orang Tua Bharada E Saat Tahu Icad Dikabarkan sebagai Pembunuh Brigadir J
Simak cerita ketakutan kedua orang tua Bharada E saat tahu Icad dikabarkan sebagai pembunuh Brigadir J.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Akhirnya orangtua Richard Eliezer alias Bharada E muncul di hadapan publik usai kasus pembunuhan Brigadir J bergulir di persidangan.
Orang tua Bharada E mengungkap reaksi ketika pertama kali tahu anak mereka menjadi pelaku pembunuhan Brigadir J.
Kedua orang tua mengaku mengetahui Bharada E terlibat penembakan yang terjadi di rumah Ferdy Sambo adalah dari media.
Saat kedua orang tua Bharada E yang bernama Sunandag Junus Lumiu dan Rynecke Alma Pudihang mengetahui Bharada E terlibat penembakan, mereka mengaku menangis dan langsung mengirim pesan ke anaknya.

Baca juga: Naluri Ibu Tak Bisa Dibohongi, Didoktrin dengan Skenario Sambo, Ibu Bharada E Tahu Anaknya Bohong
Tetapi Icad panggilan akrab Bharada E berkata bahwa masalah yang dihadapinya hanyalah masalah kecil.
Tetapi naluri seorang ibu tak bisa dibohongi.
Ketika menonton televisi, kedua orang tua begitu terkejut melihat wajah Bharada E sudah terpampang di berbagai saluran televisi nasional.
Sang ibu yang begitu menyayangi Bharada E sangat mengkhawatirkan nasib sang putra dan begitu ingin bertemu.
"Saya kaget lihat di televisi. Kita pulang kerja sore hari jam 5, saya tanya sama mamanya Ichad, 'Itu kejadiannya Adik di rumah dinasnya Pak Sambo'," tutur Junus dikutip dari kanal YouTube KOMPASTV, Jumat (2/12/2022).
"Langsung menangis, langsung WA sama dia, dia cuma jawab 'Ini cuma masalah kecil tidak apa-apa'. Mungkin dia tidak mau sampaikan (agar tak) menjadi beban kita berdua."
Kedua orangtua Bharada E mengaku menangis karena mengkhawatirkan keamanan dan nasib sang putra.
Apalagi jika membayangkan konsekuensi yang harus dihadapi Bharada E akibat kasus tersebut.
Meski kala itu, skenario Ferdy Sambo belum terungkap dan masih disebut sebagai insiden tembak-menembak.
"Kan sudah kebayang kalau dia melakukan perbuatan seperti itu kan hukumannya tidak bisa dibayangkan," timpal Rynecke.
"Waktu itu kita sudah berdua cuma bisa menangis, 'Tuhan kenapa harus terjadi seperti ini?'. Jadi rasa takut, sudah segala macam rasa waktu itu. Kita enggak bisa apa-apa selain menangis."