Memilih Damai
Terkait Pemilu, Kalangan Milenial Cenderung Pilih yang Populer, Menurut Pengamat
Menurut Pengamat, Kalangan Milenial Cenderung Pilih yang Populer, baik pada Pilpres, Pileg, maupun Pilkada.
Hal tersebut dijawab oleh Hasan Nasbi. Ia menilai kandidat dari luar Jawa banyak yang tidak berani mencalonkan diri sebagai presiden.
"Sejauh ini, baru dua kali pemilu ya yang muncul calon di luar Jawa, dan ini belum bisa disimpulkan bahwa presiden sulit di luar Jawa. Kita perlu mencoba 20-30 kali pencalonan baru bisa dijadikan sebuah teori," kata Hasan.
Pertanyaan berikutnya datang dari Hendra, mahasiswa FISIP Unila lainnya.
"Di Amerika Serikat, Obama berhasil mendobrak supremasi kulit putih sebagai presiden, Kira-kira bagaimana peluang di Indonesia untuk itu terjadi?" tanyanya.
Pertanyaan tersebut direspons oleh Fritz Edward. Ia memprediksi hal itu mungkin saja terjadi di Indonesia. Asalkan, menurut dia, para pemimpin di Indonesia memiliki keberanian untuk melakukan perubahan.
Pertanyaan selanjutnya dilontarkan oleh Dito, mahasiswa FISIP Unila.
"Strategi seperti apa yang dibutuhkan oleh presiden di luar Jawa untuk bertarung di Pemilu 2024 nanti?" tanya Dito.
Hal itu dijawab oleh Triono. Ia menyebut ada banyak faktor. Namun, pola penggunaan media sosial dan kelompok-kelompok komunitas harus dirawat.
“Jadi, lebih pada pendekatan kepada masyarakat. Faktor media sosial memberi sumbangsih besar dalam pemilu," tutur Triono.
Selanjutnya pertanyaan dari Abethia Cahrani mahasiswa FKIP Unila.
Ia bertanya, "Syarat apa yang dibutuhkan untuk mendobrak tren presiden dari Jawa?"
Robi Cahyadi menjawab, sudah seharusnya partai politik memunculkan kandidat di luar Jawa.
"Analoginya ibarat makanan. Kalau sajiannya hanya itu-itu saja, maka pilihan juga terbatas. Harapannya, semakin banyak kandidat, maka pilihan juga semakin berwarna. Merespons pertanyaan tadi, ya kuncinya ada pada partai politik," jelas Robi.
Pertanyaan datang dari mahasiswa lain bernama Rian Ramadhan.
"Mengingat Indonesia sudah memasuki industri 5.0, yaitu digitalisasi, di mana media sosial sangat berpengaruh, pertanyaannya, bagaimana mengubah persepsi masyarakat terkait politik identitas yang mayoritas presiden berasal dari Jawa?” tanya Rian.