Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sulawesi Utara

Konsumsi BBM Non-subsidi di Sulawesi Utara Turun, Stefanus Sampe Sebut Pengawasan Perlu Diperketat

Konsumsi BBM non-subsidi di Sulawesi Utara hanya 60 persen. Pengamat Kebijakan Publik Sulut menilai pengawasan kurang di lapangan.

Penulis: Nielton Durado | Editor: Isvara Savitri
Tribun manado / nielton durado
Pengamat Kebijakan Publik Sulut, Stefanus Sampe. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi di Sulawesi Utara hanya sekitar 60 persen. 

Fakta ini akhirnya dikomentari oleh Pengamat Kebijakan Publik Sulut, Stefanus Sampe

Ketika dihubungi Tribunmanado.co.id, dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi (FISIPOL Unsrat) Manado ini mengatakan jika turunnya konsumsi BBM non-subsidi menandakan bahwa pengawas masih kurang.

"Pengawasan harus lebih ditingkatkan lagi. Apalagi kendaraan-kendaraan yang tak seharusnya mengisi di jalur pertalite, justru banyak yang ikut antrean," ujarnya, Selasa (29/11/2022) via telepon. 

Selain itu, Stefanus Sampe mengatakan bila aplikasi dari Pertamina soal antrian saat hendak mengisi BBM juga harus dimaksimalkan.

Hal ini agar kendaraan-kendaraan yang harus mengisi BBM di jalur pertamax tidak berpaling ke jalur pertalite. 

"Aplikasi ini harus menjadi patokan seleksi mana kendaraan yang harus mengisi BBM di jalur pertalite dan mana di jalur pertamax," kata dia. 

Selain pengawasan, Stefnus Sampe juga meminta agar pihak pemerintah tegas dalam menerapkan aturannya. 

Artinya bila kendaraan tersebut harus mengisi di jalur pertamax maka harus tegas. 

"Bila perlu dipindahkan bila kendaraan tersebut malah pindah antrean," tegasnya.

Baca juga: Gubernur Sulut Olly Dondokambey: Panji Yosua P/KB GMIM Manfaatkan Lahan Subur

Baca juga: Panglima Tertinggi Panji Yosua P/KB GMIM Sulawesi Utara, Pnt Maurits Mantiri Ajak Mari Jo Ba Kobong

Konsumen di Manado Sulawesi Utara Beralih ke Pertalite, Anugrah Pandey: Pertamax Terlalu Mahal

Beberapa pengguna bahan bakar minyak (BBM) di Manado, Sulawesi Utara, mengeluh pertamax naik.

Hal ini membuat konsumen beralih dari pertamax ke pertalite.

Pasalnya, margin antara BBM subsidi dan non subsidi relatif besar.

Harga Pertamax Rp 14.500, sedangkan Pertalite Rp 10 ribu.

Antrean di SPBU COCO Jalan Pierre Tendean, Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Selasa (29/11/2022).
Antrean di SPBU COCO Jalan Pierre Tendean, Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Selasa (29/11/2022). (Tribunmanado.co.id/Ferdi Guhuhuku)

Anugrah Pandey, salah satu konsumen di Manado, mengatakan alasannya beralih dari pertamax ke pertalite karena terlalu mahal.

Karena kondisi saat ini seperti yang dikatakan berulang kali oleh Presiden Jokowi, bahwa dunia di tengah ketidakpastian dan ancaman krisis seperti pangan dan lain-lain.

Menurut Anugrah, masyarakat berpikir harus berhemat dalam kondisi seperti ini.

Apalagi di tahun 2023 dunia akan dilanda krisis ekonomi.

Anugrah mengungkapkan pemerintah baiknya segera mengembalikan ke harga semula.

Baca juga: Cewek Manado Sulawesi Utara Sharon Grace Berahap Rektor Baru Lebih Memajukan Unsrat

Baca juga: BREAKING NEWS, Ditkrimsus Polda Sulawesi Utara Gerebek Lokasi Pinjol Online Ilegal di Manado

Karena terlihat banyak masyarakat yang dulunya memakai pertamax, tetapi mungkin karena kebutuhan yang sudah tidak tercukupi ataupun ingin berhemat, maka beralih ke pertalite.

"Dan saya salah satunya beralih ke pertalite karena mempertimbangkan masih banyak kebutuhan yang harus saya penuhi, jadi saya harus berhemat," ujar Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsrat ini kepada tribunmanado.co.id, Selasa (28/11/2022).

Anugrah berharap, pemerintah harus bijak, dalam hal ini mempertimbangkan kembali kenaikan harga BBM yang pastinya memicu kenaikan harga-harga bahan lainnya.

Senada dengan Anugrah, Gilyan, salah satu konsumen yang sebelumnya menggunakan pertamax, kini beralih ke pertalite.

"Sebelum harganya naik, saya dari dulu isinya pertamax karena kualitas bagus. Tetapi karena harganya naik akhirnya beralih ke pertalite," kata Gilyan.

Antrean di SPBU COCO Jalan Pierre Tendean, Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Selasa (29/11/2022).
Antrean di SPBU COCO Jalan Pierre Tendean, Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Selasa (29/11/2022). (Tribunmanado.co.id/Ferdi Guhuhuku)

Gilyan berkata kenaikan harga pertamax terlalu tinggi.

Hal inilah yang membuat banyak konsumen beralih ke pertalite.

"Selain saya yang beralih, banyak teman-teman saya juga sekarang sudah pakai pertalite," tuturnya.(*)

(Tribunmanado.co.id/Nielton Durado/Ferdi Guhuhuku)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved