Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Memilih Damai

Pilpres 2024: Rekam Jejak, Pengalaman, dan Program Capres Jadi Nomor Sekian

Pada Pilpres 2024, sentimen kedaerah diperkirakan masih sangat berpengaruh. Peran elit daerah penting untuk dilihat.

Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Isvara Savitri
Tribunmanado.co.id/Fernando Lumowa
Panji Anugerah Permana dalam Talkshow Memilih Damai, Suara dari Sulawesi yang digagas Tribun Network di Manado, Sulawesi Utara, Senin (28/11/2022). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Politik elektoral di Indonesia kerap diwarnai politik identitas dan politik uang. 

Tren itu masih akan terjadi di Pilpres 2024.

Akademisi Universitas Indonesia, Panji Anugerah Permana, mengungkapkan siapapun capres dan cawapresnya, orang akan melihat dari konsep pembelahan sosial. 

"Erat kaitannya dengan latar belakang sosial si calon. Apakah ia mewakili etnis, agama, dan kepentingan kelompok. Termasuk gender," kata Panji Permana dalam Talkshow Memilih Damai, Suara dari Sulawesi yang digagas Tribun Network di Manado, Sulawesi Utara, Senin (28/11/2022).

Selain itu, seberapa besar sumber daya yang dimiliki dan pengalamannya.

Baik di bidang pemerintahan, politik, dan dunia usaha. 

Meskipun memang, di Indonesia rekam jejak, program, dan integritas menjadi urusan belakangan. 

"Paling penting kekuatan figur dan personality-nya," katanya. 

Ke depan, urai Panji Permana, publik tetap akan mempertimbangkan kecakapan, rekam jejak, dan integritas.

"Itu yang kita harapkan sebenarnya. Pemilih rasional," jelasnya. 

Baca juga: Pantas Laksamana Yudo Margono Jadi Calon Tunggal Panglima TNI, Ini Sederet Prestasinya

Baca juga: PNS yang TGR di Minut Sulawesi Utara Masih Ada Kesempatan Kembalikan Uang Negara

Ia memberi catatan, pada Pilpres 2024 nanti, sosok Jokowi masih sangat menentukan. 

Para kandidat akan berlomba meminjam citra Jokowi.

Itu akan jadi magnet elektoral. 

"Di sisi lain, peran elit daerah juga penting. Kita perlu melihat peta politik lokal," katanya. 

Ia pun tak malu mengatakan, politik elektoral juga akan diwarnai politik uang kendati, perannya tak signifikan. 

Direktur LSI, Jayadi Hanan berbicara dalam Talkshow Memilih Damai, Suara dari Sulawesi yang digagas Tribun Network di Manado, Sulawesi Utara, Senin (28/11/2022).
Direktur LSI, Jayadi Hanan berbicara dalam Talkshow Memilih Damai, Suara dari Sulawesi yang digagas Tribun Network di Manado, Sulawesi Utara, Senin (28/11/2022). (Tribunmanado.co.id/Fernando Lumowa)

"Di Pilpres nanti isu ketokohan dan popularitas yang utama. Bersanding dengan sentimen kedaerahan, agama, dan keterwakilan kepentingan kelompok," jelasnya. 

Contoh kasus, pada Pilres 2004, 2009, dan 2014, Jusuf Kalla meraih suara di atas 71 persen di Sulawesi.

"Ada aspek kedaerahan yang bermain. Sejalan dengan klantilisme," jelasnya. 

Menurut Direktur LSI, Jayadi Hanan, citra diri dan kualitas personal yang diingkan masyarakat dari capres hanya soal empat hal. 

Pertama, merakyat; kedua, rekam jejak, pengalaman dan kemampuan mengatasi krisis; ketiga apakah tegas dan berwibawa dan pintar berintegritas. 

Baca juga: Bacarita dengan Masyarakat Secara Daring Antarkan Bitung Masuk 30 Besar Kota Terbaik se-Indonesia

Baca juga: Link Nonton Korea Selatan vs Ghana di Piala Dunia 2022, Tayang Malam Ini Pukul 20.00 WIB

"Sejauh ini, dari tiga kandidat capres, Gandjar, Prabowo dan Anies, tidak ada yang memiliki secara lengkap kriteria itu," kata Jayadi Hanan.(*)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved