Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Memilih Damai

Diskusi Memilih Damai di Makassar, Presiden Harus Orang Jawa?  

Diskusi Memilih Damai. Hasan Nasbi dan M Qashim Mathar menjadi pembicara di FISIP Universitas Hasanuddin, Makassar.

Kolase Tribun Manado/TRIBUN-TIMUR.COM/WAHYUDDIN
Komisaris Utama PT. Cyrus Nusantara Hasan Nasbi dan Guru Besar Emiritus UIN Alauddin Makassar M Qashim Mathar dalam sebuah diskusi Memilih Damai di Aula Prof Syukur Abdullah, FISIP Universitas Hasanuddin, Makassar, Senin (14/11/2022). 

Sehingga jika ingin mendapatkan pemilih yang banyak sangat gampang.

Sementara pulau lain diibaratkan sebagai danau yang luas, tetapi jumlah ikan di dalamnya sedikit.

Sehingga akan sulit mendapatkan pemilih dalam jumlah yang banyak.

"Jadi orang berpikir elektoral seperti kayak berpikir marketing juga, jadi kalau apapun produk di Indonesia tes pertamanya gak mungkin di Sulawesi Selatan atau Papua. Pasti di Jawa," ujarnya.

"Karena memang pasar kepadatan jumlah populasinya besar sekali. Lempar produk di Jawa lebih potensial daripada Malaysia. Malaysia diadu dengan Jawa Barat menang Jawa Barat dari segi populasi," sambungnya. ( Tribun-Timur.com )

Jawaban Guru Besar Emiritus UIN Alauddin Makassar M Qashim Mathar

Guru Besar Emiritus UIN Alauddin Makassar M Qashim Mathar tegas mengatakan tokoh yang bukan orang Jawa mustahil memimpin Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan Prof Qashim Mathar menjawab pertanyaan haruskah orang Jawa lagi memimpin pada tahun 2024?

Pertanyaan itu merupakan tema sebuah diskusi Memilih Damai di Aula Prof Syukur Abdullah, FISIP Universitas Hasanuddin, Makassar, Senin (14/11/2022).

"Jawaban saya bukan harus. Tapi wajib," katanya.

Menurutnya, selama ini kepala rakyat Indonesia selalu diisi dengan presiden adalah orang Jawa.

Termasuk beberapa presiden yang terpilih sebelumnya. Adapun Presiden bukan orang Jawa yang pernah ada, bukan karena dipilih langsung oleh rakyat, tapi hanya sebagai pengganti.

"Mustahil tokoh luar Pulau Jawa terpilih menjadi presiden," katanya.

Prof Qashim menjelaskan bahwa polarisasi menyambut Pilpres 2024 ini tidak kalah kencang dengan Pilpres sebelumnya.

Polarisasi, kata dia, akan terus terjadi bahkan bisa makin kencang kedepannya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved