Tragedi Halloween di Itaewon
Kesaksian Pengunjung yang Selamat Tragedi Halloween di Itaewon: Saya Lihat orang-orang Membawa Mayat
Meski selamat dari insiden pesta Halloween Itaewon, Gabrielle Austin harus menyaksikan proses evakuasi mayat korban tragedi di Itaewon.
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
- Seorang warga Norwegia tewas, kata juru bicara kementerian luar negeri negara itu.
- Seorang perempuan asal Thailand berusia 29 tahun tewas, kata kementerian luar negeri negara itu kepada BBC.
- Kedutaan Australia di Seoul mengatakan satu warga Australia telah meninggal, lapor media Australia.
- Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan, warga dari Vietnam, Uzbekistan, Kazakhstan, Sri Lanka, dan Austria juga tewas dalam tragedi.

Ini Penyebabnya Tragedi Halloween Itaewon di Korea Menurut Teori Warga
Festival Halloween di distrik Itaewon, Seoul, menyisakan duka mendalam bagi Korea Selatan.
Sebanyak 154 orang meninggal dunia dalam kerumunan massa mengerikan di pesta Halloween terbesar setelah pembatasan Covid-19 dibuka.
Diketahui sebelum tragedi itu terjadi, puluhan ribu orang berbondong-bondong ke jalan-jalan Itaewon untuk merayakan Halloween, berkumpul dengan teman-teman dan bersenang-senang.
Insiden itu terjadi di sisi jalan sempit dekat stasiun Itaewon yang menghubungkan banyak bar dan klub dari jalan utama.
Meskipun Halloween bukanlah hari libur tradisional Korea, tapi ajang tersebut telah menjadi tradisi perayaan tahunan dan Itaewon dikenal sebagai tempat untuk menggelar acara semacam itu.
Sisa-sisa insiden masih terpampang jelas di jalanan Itaewon, hingga Minggu (30/10/2022).
Pada Minggu sore, warga berkumpul di belakang pita polisi di sekitar stasiun Itaewon untuk memberi penghormatan kepada korban dan mencoba memahami apa yang terjadi beberapa jam sebelumnya.
Ini merupakan salah satu bencana terburuk yang pernah dialami Korea Selatan selama bertahun-tahun.
Penyebab pasti dari kerumunan massa masih belum diketahui, tetapi banyak warga di belakang garis polisi ingin berbagi teori mereka.
"Ini pasti terjadi. Seharusnya ada pengendalian massa," kata seorang warga, dikutip dari The Guardian.