Cuaca Ekstrem di Boltim
Cuaca Ekstrem, Nelayan di Boltim Sulawesi Utara Menjerit, Tidak Bisa Melaut
Cuaca ekstrem di Kabupaten Boltim, Sulawesi Utara berdampak terhadap aktivitas nelayan. Mereka Tidak Bisa Melaut.
Penulis: Rafsan Damopolii | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Cuaca ekstrem di Kabupaten Boltim, Sulawesi Utara berdampak terhadap aktivitas nelayan.
Puluhan nelayan di desa Kotabunan Selatan misalnya, menjerit lantaran sepekan tidak melaut.
Mereka khawatir gelombang tinggi.
Akibatnya, mereka kesulitan menafkahi keluarga.
Adi Paputungan, nelayan di dusun 3, Kotabunan Selatan bahkan mengaku hampir sebulan memarkir perahu.
"Sudah hampir sebulan ini tidak menangkap ikan karena cuaca buruk, ombak tinggi," ujar dia, Kamis (27/10/2022) sore.
Tak banyak alternatif mata pencaharian untuk membiayai istri beserta anaknya, Adi mengaku untung-untungan bisa bekerja serabutan.
"Ya syukur-syukur kalau ada panggilan bekerja harian (sebagai buruh bangunan), kalau tidak ada ya kosong," ujarnya lagi.
Sekitar 30an nelayan di tiga dusun di Kotabunan Selatan terkendala akibat cuaca buruk.
Sebagian diantaranya memilih bertani dan bekerja lepas.
Untuk bertahan hidup, beberapa nelayan hanya menangkap ikan di tepi pantai.
Sementara itu, Kepala BPBD Boltim, Elvis Siagian mengimbau warga di pesisir pantai agar waspada gelombang pasang akibat cuaca ekstrem.
Titik rawan longsor di Boltim
Sebelumnya, pada Rabu (26/10/2022) kemarin, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boltim menyebut sejumlah titik rawan longsor akibat cuaca ekstrem yang melanda wilayah Biltim.
Di antaranya meliputi wilayah Tobongon, Motongkad, Kotabunan, Jiko Belanga, Kokapoy dan jalan Atoga.