Produk Mie Sedaap Ditarik dari Singapura dan Hongkong dan Ditolak di Taiwan, Ada Apa?
Enam varian Mie Sedaap ditarik di Singapura setelah badan pengawas makanan negara tersebut, SFA, menemukan kontaminasi etilen oksida
SFA mengatakan pihaknya menemukan bubuk cabai dalam produk tersebut telah terkontaminasi dengan etilen dioksida, sejenis pestisida.
“Produsen, PT Wings Surya, sedang bekerja sama dengan para importir untuk menarik produk mi instan Mie Sedaap dengan bubuk cabai dari pasar retail dan juga akan mereformulasi produk mereka untuk memperbaiki penyebab kontaminasi etilen oksida,” kata SFA dalam pernyataan pers yang dirilis pada tanggal 11 Oktober.
Pada bulan September, Otoritas Keamanan Pangan Hong Kong atau The Center for Food Safety (CFS) memerintahkan penghentian penjualan produk Mie Sedaap Rasa Korean Spicy Chicken yang diimpor dari Indonesia. Alasan penghentian tersebut karena pengecekan rutin CFS menemukan sampel mi, bumbu, dan bubuk cabai mengandung etilen oksida.
Sebelumnya pada bulan Juli, Badan POM Taiwan menyita 4,04 ton Mie Sedaap dalam bungkus gelas dari Indonesia karena mengandung etilen oksida dalam kadar yang melebihi standar negara itu.
Menurut keterangan pemerintah Taiwan, lima produk yang disita yaitu Mie Sedaap Korean Spicy Soup, Kuah Rasa Baso Spesial, Rasa Ayam Bawang Telur, Korean Spicy Chicken, dan Rasa Soto.
Dilansir Taiwan News, produk Mie Sedaap tersebut diimpor oleh ELOM Group Company. Badan POM Taiwan juga menyita mi instan dari Filipna dan Jepang, serta minyak biji teh dari China, karena mengandung karsinogen.
Apa itu etilen oksida, dan seberapa berbahaya?
Etilen oksida atau EtO adalah jenis pestisida yang biasanya digunakan untuk fumigasi. Zat ini disemprotkan pada bahan baku yang sudah kering untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme.
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) mengklasifikasikan EtO sebagai karsinogenik, dengan bukti-bukti kuat yang mengaitkan paparan EtO dengan kanker limfoma dan kanker payudara.
Namun, memakan makanan yang terkontaminasi EtO tidak langsung menyebabkan kanker. Risiko kesehatan dapat terjadi jika EtO terakumulasi dalam tubuh selama jangka waktu yang lama.
“Itu karena yang kita masukkan ke dalam tubuh itu jumlahnya sedikit, tapi akhirnya bisa menumpuk di dalam tubuh ... Kalau saya perhatikan, kadang masyarakat umum melihat dulu penyakitnya tidak ada, kenapa sekarang sering ada? Itu mungkin disebabkan pola makan, yang tanpa kita sadari yaitu akibat adanya residu pestisida itu,” kata Ardiansyah Michwan, pakar teknologi pangan dari Universitas Bakrie.
Sejauh ini, Codex Alimentarius Commission (CAC) yang berada di bawah WHO/FAO belum mengatur batas maksimal residu etilen oksida (EtO) dan 2-Kloroetanol (2-CE).
Namun, pedoman yang diterbitkan organisasi tersebut pada tahun 2019 mengatakan apabila belum ada maksimum level dari suatu kontaminan, maka digunakan batas maksimum kontaminan sebesar 0,001 mg/kg atau 1 mikrogram/kg.
Setiap negara menerapkan aturan batas maksimum residu etilen oksida yang berbeda-beda. Singapura, misalnya, menetapkan residu etilen oksida pada rempah-rempah tidak boleh melebihi 50 parts per million atau ppm. Sedangkan di Amerika Serikat batas maksimalnya 7 ppm dan di Uni Eropa 0,1 ppm.
Menurut Ardiansyah, produk yang tidak lolos standar yang ketat di negara lain bukan berarti tidak aman.