Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Retno Marsudi Ungkap Kengerian Jika Perang Rusia dan Ukraina Berlanjut, Sejumlah Krisis Menghantui

Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi mengungkapkan situasi sulit di dunia dampak perang Rusia - Ukraina belum akan berakhir.

Editor: Alpen Martinus
Tangkap layar YouTube Channel Deddy Corbuzier
Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi ungkap tentang dampak konflik Rusia dan Ukraina untuk Indonesia. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Perang antara Rusia dan Ukraina semakin memanas, tak ada yang tahu akan berakhir kapan.

Banyak negara tak berani ikut campur dalam urusan kedua negara.

Dampaknya, beberapa negara yang terkait dengan dua negara tersebut mengalami krisis.

Baca juga: Serangan Rusia ke Ukraina Semakin Menggila, Pesawat Tempur Hancurkan Apartemen dan Fasilitas Lain


Foto dok./ Menteri Luar Negeri RI (Menlu) Retno Marsudi saat press briefing secara daring, Kamis (21/7/2022). (Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra)

Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi mengungkapkan situasi sulit di dunia dampak perang Rusia - Ukraina belum akan berakhir.

Retno secara jujur mengatakan pemerintah tidak tahu kapan perang akan selesai dan sepanjang perang terus berlangsung dampaknya akan sangat dirasakan terutama oleh negara berkembang.

Retno mengatakan Presidensi G20 Indonesia menjadi presidensi yang tersibuk dan tersulit sebab perang di Ukraina menambah kompleksitas permasalahan dunia yang juga berdampak pada interaksi antarnegara, termasuk diantara negara-negara anggota G20.

"Disitulah kita melihat bahwa semakin terpecah belah. Menyikapi perang di Ukraina banyak sekali negara yang mengambil pendekatan hitam putih. Win Us or Against us.

Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Makin Memanas, Jerman Mulai Kirim 100 Tank dan Sistem Pertahanan Udara

Padahal masalahnya sangat sangat kompleks dan sebagai akibatnya perbedaan pandangan dan posisi antar negara menjadi semakin sulit untuk dijembatani," ujar Retno saat menjadi pembicara di Seminar PPRA 64 Lemhannas RI, Selasa (11/10/2022).

Menlu RI mengatakan IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, sehingga kemampuan negara berkembang terbatas.

Karena situasi ini, kemudian memicu hutang publik meningkat setidaknya 60 persen bagi negara berpendapatan rendah.

Banyak negara berkembang yang tidak terlindungi oleh jaminan perlindungan sosial, sehingga ada gap yang cukup besar yang harus dikelola oleh negara berkembang.

Baca juga: Retno Marsudi Berhasil Bertemu Taliban, Sampaikan Tiga Hal Ini Termasuk Hak Perempuan

"Inflasi mencapai 8,7 persen di negara berkembang dan income perkapita inflasi ini angka rata-ratanya begitu, tetapi di beberapa negara berkembang angkanya sangat sangat tinggi.

Kemudian income perkapita sekitar 40% negara berkembang akan masih berada dibawah pre pandemi pada 2023, yang berarti belum akan balik di angka pre pandemi pada titik di 2023 nanti," ujarnya.

Krisis pangan, energi, keuangan dengan cepat menjadi bagian dari realitas dunia.

Rusia dan Ukraina adalah negara yang memiliki posisi yang cukup penting dalam rantai pasok pangan dan energi global.

Sebab perang, terjadi lonjakan harga pangan dan energi yang tidak dapat dihindari.

Indeks harga pangan naik 20,8

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved