Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hadapi Bonus Demografi 2030, Kemenkominfo Tekankan PHBS untuk Turunkan Stunting

Salah satu langkah menurunkan prevalensi stunting adalah menjadikan pola makan sehat sebagai gaya hidup sehari-hari.  

Penulis: Inang Jalaludin Shofihara | Editor: AMALIA PURNAMA SARI
DOK. Humas Kemenkominfo
Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Kepoin Genbest: Isi Piringku untuk Gizi Harianmu di Kota Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (5/10/2022). 

TRIBUNMANADO.com –Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta mengatakan, pemerintah terus berupaya menurunkan prevalensi stunting.

Dia menyebutkan, pencegahan stunting harus segera dilakukan karena generasi muda yang produktif dan unggul dapat tercipta jika mereka bebas dari stunting, terutama dalam menghadapi bonus demografi pada 2030.

Wiryana menjelaskan, bonus demografi bisa menjadi berkah jika sumber daya manusia yang berkualitas bebas dari stunting.

“Bonus demografi memiliki makna bahwa jumlah angkatan kerja atau generasi yang produktif berada di atas 50 persen,” ungkapnya.

Dia mengatakan itu dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Kepoin Genbest: Isi Piringku untuk Gizi Harianmu di Kota Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (5/10/2022).

 Menurutnya, jika indeks pembangunan manusia di Indonesia bagus, angka produktivitas nasional juga akan meningkat.

“Angka produktivitas yang meningkat menunjukkan bahwa negara tersebut adalah emerging country,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (6/10/2022).

Untuk diketahui, anak yang terlahir stunting akan memiliki tubuh pendek serta daya intelektual dan nalar yang rendah sehingga sulit bersaing.

Selain itu, anak yang mengalami stunting ketika telah dewasa lebih rentan menderita obesitas dan memiliki penyakit komorbid, seperti darah tinggi.

Oleh karenanya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan angka prevalensi stunting Indonesia pada tahun 2024 turun ke angka 14 persen. Jumlah ini di bawah standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen.

Terkait hal itu, Wiryana menyebutkan, salah satu langkah menurunkan prevalensi stunting adalah menjadikan pola makan sehat sebagai gaya hidup sehari-hari.  

Mendukung pernyataan Wiryanta, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Rima Lolong mengatakan, pola makan yang sehat harus merujuk pedoman yang sudah dicanangkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), yaitu Isi Piringku.

“Dalam Isi Piringku sudah disebutkan tentang bagaimana pola makan yang sesuai dengan gizi seimbang. Porsi makan kita satu piring harus diimbangi dengan konsumsi gula, garam dan lemak yang terukur. Tentunya ditunjang dengan minum air putih minimal delapan gelas sehari dan melakukan aktivitas fisik,” ujarnya.

Rima menjelaskan, konsumsi makanan yang mengandung garam, gula, dan lemak berlebih bisa berpengaruh terhadap angka stunting.

“Kualitas kesehatan remaja itu merupakan kunci pencegahan dini untuk stunting. Remaja harus sehat,” katanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved