Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Gempa

Gempa 6,0 SR Sabtu 1 Oktober 2022, Masyarakat Berhamburan Keluar Rumah

Gempa bumi 6.0 SR terjadi di Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Sabtu (1/10/2022) dini hari.

Editor: Ventrico Nonutu
Tribun Kaltim
Ilustrasi gempa. Gempa bumi 6.0 SR terjadi di Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Sabtu (1/10/2022) dini hari. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Gempa bumi 6.0 SR terjadi di Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Sabtu (1/10/2022) dini hari.

Warga Tapanuli Utara ketakutan usai gempa mengguncang daerah tersebut.

Pasalnya mereka pernah mengalami hal yang samal pada tahun 1987.

Baca juga: Kebijakan Vladimir Putin Tak Bikin Amerika Serikat Khawatir, Joe Biden dan NATO Siap

Baca juga: Ramalan Zodiak Besok Minggu 2 Oktober 2022, Aries Temukan Masalah, Cancer Dapat Keuntungan

Salah satu warga yang merasa ketakutan yaitu Robert Pasaribu.

Penuturan warga Robert Pasaribu, bahwa gempa yang terjadi dini hari tadi membuatnya trauma.

Sebab saat dirinya duduk di kelas 3 SD gempa dengan guncangan kuat juga pernah melanda Tapanuli Utara.

Robert menceritakan, begitu terjadi gempa dini hari tadi, dirinya langsung bergerak dari kediamannya di Desa Silakkitang, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara menuju ke rumah keluarganya di Tarutung.

Tak hanya itu, begitu gempa terjadi sontak langsung membuat Tapanuli Utara gelap gulita sehingga membuat situasi mencekam. Kondisi itu lah yang membuatnya trauma.

Apalagi dampak gempa bumi dini hari tadi, rumah warga, jalan dan jembatan, fasilitas kesehatan, rumah ibadah dan fasilitas pendidikan serta gedung pemerintah mengalami kerusakan.

"Kalau kejadian seperti dinihari tadi, aku kembali diingatkan akan peristiwa pada tahun 1987. Saat itu, aku duduk di bangku kelas 3 SD. Kami langsung mengungsi saat itu. Kenangan itu tak bisa kulupakan," ujar Robert Pasaribu sambil memandangi dinding Jalinsum yang roboh akibat gempa.

Disampaikan Robert, saat gempa terjadi, lolongan anjing terdengar keras dan sejumlah ternak juga tidak bisa tenang.

Masyarakat berhamburan ke luar dari rumah masing-masing untuk mencari tempat perlindungan.

Bahkan, ada sejumlah masyarakat yang langsung menuju mobil dan siap siaga berangkat manakala hal lebih parah lagi terjadi.

"Kalau 1987 lebih parah, karena konstruksi bangunan tidak sebagus yang sekarang. Masyarakat banyak yang mengungsi karena diisukan Dolok Martimbang akan meletus," sambungnya.

"Walau tak sedahsyat tahun 1987, aku tetap trauma kalau ada gempa" tambahnya.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved