Bitung Sulawesi Utara
Satrilin Lerah, Guru di Bitung Pakai Metode Ini Tingkatkan Kemampuan Anak Kenal Bentuk Geometri
Lewat pembelajaran Model PJBL ini membuat anak mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dengan berpartisipasi aktif dalam mengerjakan proyeknya
Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID – Satrilin Lerah S.Pd, seorang Tenaga Pendidik di Taman Kanak-Kanal (TK) Bunda Binaan TP PKK dan Dharma Wanita Kota Bitung, membuat sebuah artikel tentang, "Meningkatkan kemampuan anak mengenal bentuk geometri dalam kegiatan pembuatan nugget ikan tuna".
Artikel yang dibuat Satrilin Lerah ini, ada tugas mandiri pendidikan profesi guru kategori 1 tahun 2022 di LPTK Universitas Negeri Manado.
Diawal penulisan artiken, Satrilin menjelaskan tentang Pengertian Project Based Learning.
Menurut Fathurrohman (2016,hlm.119), pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning, adalah model pembelajaran yang menggunakan projek atau kegiatan.
Sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Proyek sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan yang terdiri atas banyak pekerjaan dan membutuhkan koordinasi serta spesialisasi tenaga penunjang untuk menyelesaikannya.
“Kota Bitung terkenal dengan hasil laut, salah satunya adalah ikan tuna. Dimana lewat pembelajaran berbasis proyek ini kita bisa sekaligus mengenalkan kepada anak, tentang potensi hasil laut yang ada di daerah kita sejak usia dini.
Dan juga lewat pembelajaran Model PJBL ini membuat anak mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dengan berpartisipasi aktif dalam mengerjakan proyeknya,” kata Satrilin.
Menurutnya, metode seperti ini tentu saja lebih menantang siswa dari pada hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru.
Adapun media yang dapat digunakan untuk pembelajaran pembuatan nugget ikan tuna ini yaitu ikan tuna, tepung roti, tepung tapioka, telur, bawang putih, minyak sayur, merica bubuk dan garam, dari adonan nugget ikan tuna.
Lalu anak diajak untuk membentuk, bentuk-bentuk geometri seperti lingkaran, segitiga, segiempat dan persegi panjang.
Dari bahan-bahan tersebut diatas kita juga dapat meningkatkan kognitif anak dalam mengenal pola warna dan ukuran, bentuk-bentuk geometri, mengenal benda cair dan benda padat, mengenal sebab akibat.
Meningkatkan fisik motorik halus anak misalnya pada saat anak menggunakan tangan dalam mencampur bahan nugget ikan tuna, meningkatkan kemampuan bahasa anak dengan bertanya bentuk apa ini ?
“Kenapa nugget harus dikukus atau digoreng dan pertanyaan lainnya,” tambahnya.
Disamping itu, pola atau metode seperti jni juga meningkatkan sosial emosional dimana anak sabar melakukan kegiatan sehingga mendapat hasil yang bagus.
Dan dapat dapat meningkatkan aspek nilai agama seperti mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan dan ciptakan untuk kita gunakan.
Proses pembuatan nugget ikan tuna :
1. Siapkan daging ikan tuna,kemudia haluskan sampai lembut.Haluskan juga bawang putih lalu dicampur dengan daging dan diaduk rata.
2. Berikutnya masukkan tepung tapioka, merica bubuk dan garam secukupnya kembali diaduk hingga benar-benar rata.Selanjutnya adonan di tuang dalam cetakan kemudian dikukus sekitar 30 menit.
3. Jika adonan sudah matang keluarkan dari cetakan lalu biarkan menjadi dingin.Bentuk adonan menjadi bentuk-bentuk geometri kemudian celupkan pada putih telur hingga merata lalu gulingkan pada tepung roti yang sudah disiapkan.
4. Yang terakhir goreng adonan pada minyak dengan tingkat panas medium(sedang) kemudian angkat jika nugget sudah berwarna kuning kecoklatan.Tiriskan dan nugget siap di hidangkan.
Dalam proses pembuatan nugget ini,semuanya di lakukan oleh anak-anak dengan di bantu, diarahkan dan diawasi oleh guru.
Setiap model,metode atau rancangan pembelajaran tentu ada kesulitannya masing-masing, begitu juga dengan model Project Based Learning yaitu antara lain :
1. Anak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengerjakan proyek tersebut,dimana kita tahu daya konsentrasi anak usia dini hanya kurang lebih 15 menit.
2. Orangtua merasa keberatan dengan adanya tambahan biaya
3. Banyaknya peralatan yang harus dipersiapkan
4. Ada kemungkinan peserta didik kurang aktif dalam tugasnya.
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan diatas maka seorang guru harus :
1. Memfasilitasi siswa.
2. Membatasi waktu peserta didik didalam menyelesaikan proyek.
3. Meminimalisir biaya.
4. Menyediakan peralatan sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar.
5. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga guru dan siswa merasa nyaman dalam pembelajaran.
“Jadi untuk meningkatkan kemampuan anak dalam hal mengenal bentuk-bentuk geometri atau kemampuan anak lainnya untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Maka seorang guru harus mampu merancang pembelajaran yang inovatif dengan menerapkan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar anak usia dini serta model pembelajaran yang menyenangkan bagi anak,” tandasnya.(crz)
Baca juga: Pemerintah Kota Bitung Sulawesi Utara Rencana Rekrut 140 Calon P3K, Jadwalnya Masih Dibahas
Baca juga: Pengakuan Lesti Kejora Terbukti Nyata, Laporkan Rizky Billar dan Minta Pulang Rumah Orangtua