Pantas Samuel Hutabarat Geram ke Ferdy Sambo dan Putri, Ternyata Lantaran Masih Fitnah Brigadir J
Samuel mengingat kenangan mendiang anaknya tersebut dengan membuka album foto yang telah berusia belasan tahun.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Ibu mana yang tak merasa sedih jika sang anak dibunuh dengan sadis, pasti sangat menyakitkan.
Itulah yang dirasakan oleh Rosti Simanjuntak ibunda Brigadir J.
Sang ayah pun dibuat geram terhadap kejadian yang dilakukan oleh Ferdy Sambo tersebut.
Baca juga: Kasus Brigadir J Tak Kunjung Menemukan Titik Terang, Samuel Hutabarat Capek, Kamaruddin Minta Maaf
Begitu mengingat sang anak, air matanya pun langsung keluar.
Ibunda Brigadir J, Rosti Simanjuntak masih tak percaya anak kesayangannya Nofriansyah Yoshua Hutabarat telah meninggal dunia dengan cara yang tak lazim di kediaman Ferdy Sambo.
Padahal, Brigadir J diibaratkan oleh Rosti Simanjuntak sebagai harta yang paling berharga di keluarganya.
Air mata Rosti Simanjuntak pun menetes saat membicarakan sosok Brigadir J.
Hal itu terlihat saat ia diwawancarai di sebuah kafe di Jambi, pada Sabtu (24/9/2022).
Baca juga: Akhirnya Terungkap Samuel Hutabarat Izinkan Warga Ziarah di Makam Brigadir J, Tapi Dilarang Ini

"Semenjak kecil, memang anak ini dititipkan Tuhan, merupakan harta yang berharga di keluarga kami, terlebih saya ibunya yang sudah melahirkan, membesarkan, mandiri mengajarinya," ungkap Rosti Simanjuntak dilansir dari Youtube Bonapasongit Studio.
Rosti mengatakan Brigadir J adalah anaknya yang paling penurut.
Dalam keadaan apapun, Brigadir J tidak pernah mengeluh atau membantah ucapan sang ibu.
Rosti mengaku saat mendengar kabar Brigadir J meninggal dunia dibunuh Ferdy Sambo, pada Juli lalu, hati guru SD itu hancur berantakan.
Baca juga: Samuel Hutabarat Tak Menyesal Brigadir J Jadi Polisi Meski Akhirnya Tewas di Tangan Jenderal Polri

Bahkan sampai saat ini, sulit bagi Rosti untuk menerima kenyataan Brigadir J telah tiada.
"Kalaupun diceritakan, sangat berat, mungkin kalau saya ceritakan, antara percaya enggak percaya," ucapnya.
"Apapun penderitaannya, dia (Yosua) menerima dan tidak pernah berkata apapun saking penurutnya, dan patuhnya, itu kelebihan di antara mereka berempat," kata Rosti Simanjuntak.