Human Interest Story
Perjuangan Yohanes Disa untuk Jadi Guru Tunanetra, Ongkosi Kuliah dengan Jualan Tisu
Perjuangan Seorang Yohanes Disa untuk Jadi Guru Tunanetra, Ongkosi Kuliah dengan Jualan Tisu.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Daripada mengutuk seribu kegelapan, Yohanes Disa (44) lebih memilih memasang sebuah lilin.
Ada banyak alasan baginya untuk membenci hidup. Dia buta di usia masih 2 tahun.
Sepanjang hidupnya, Yohanes tak pernah melihat keindahan dunia.
Yang ia terima adalah hinaan serta pelecehan. Tapi Yohanes tak mau menyerah pada nasib. Ia sekolah.
Dengan semangat tinggi, ia menamatkan pendidikan tinggi seterusnya menjadi guru untuk menerangi kaum tuna netra.
Ditemui tribunmanado.co.id, Rabu (21/9/2022) di lorong Samrat Manado, Yohanes tengah menjajakan tisu.
Ia tersenyum kepada semua orang, baik yang membeli tisunya, maupun yang hanya lewat dan menatapnya sinis.
"Harus selalu tersenyum," kata dia.
Yohanes mengaku buta karena sakit Sarampa di usia dua tahun lebih. Ia beranjak ke usia anak anak tanpa pernah menikmati indahnya dunia kanak kanak.
Kemudian ke usia remaja yang menyedihkan.
Saat itu ada dua pilihan bagi Yohanes. Tinggal di kampungnya atau keluar kampung. Lebih mudah pilihan pertama, karena ia dapat saja hidup mengandalkan belas kasih orang lain.
"Tapi saya memilih jalan pedang, jalan kedua, keluar kampung dan menuntut ilmu," katanya.
Dengan susah payah ia merampungkan pendidikannya di SD.
Begitu pula di SMP dan persamaan SMA. Tanggung, ia lanjut ke perguruan tinggi Unima.
"Di Unima saya tidak diistimewakan, belajar dengan orang normal tapi lewat metode belajar khusus," katanya.
Ia mengaku ada saat - saat dimana ia hendak menyerah karena sulitnya belajar dengan metode tunanetra. Tapi ia menguatkan diri.
"Saya tahu Tuhan pasti menolong saya," kata dia.
Akhirnya ia lulus. Yohanes ternyata tertarik pada politik. Sempat ia berpikir jadi politisi.
Namun panggilan terhadapnya adalah guru.
"Waktu itu guru kaum disabilitas sangat sedikit, lantas saya berpikir kenapa saya yang punya ijazah guru tidak menjadi guru kaum disabilitas saja," katanya.
Ia kemudian memantapkan hati jadi guru. Sebelum jadi guru, ia kursus dahulu.
"Sekarang saya guru honor di SLB Kamangta milik yayasan berkat Yosua," kata dia.
Yohanes senantiasa merasa ada yang kurang dari ilmunya. Ia sadar siswa tak melulu harus diberi ilmu pengetahuan.
"Paling utama adalah pendidikan karakter, maka saya kini kuliah teologi di Airmadidi," katanya.
Lalu darimana Yohanes membiayai kuliahnya itu?
"Dari jualan tisu ini," katanya.
Yohanes mengaku menjual tisu untuk biaya kuliahnya semasa di Unima hingga di sekolah theologi.
Yohanes menyebut ia sudah puluhan tahun jualan tisu.
"Di jalan ini sudah 7 tahun," kata dia.
Menjual tisu bagi Yohanes adalah perjuangan. Dia musti naik mobil dari rumahnya ke lokasi jualan.
Tanpa dituntun seorang pun, ada 1001 bahaya ia lalui.
"Dari masuk selokan hingga ketabrak mobil sudah pernah saya alami, tapi saya tetap sehat hingga hari ini, itu karena pertolongan Tuhan," kata dia.
Yohanes, yang buta dan tak berdaya, berhasil menaklukan hidupnya yang keras.
Ia tamat kuliah, punya pekerjaan dan punya rumah tangga.
Sesuatu yang bisa saja tidak dicapai seseorang yang berbadan sehat.
"Saya punya seorang istri dan seorang anak yang kini masih sekolah, semua karena kemurahan Tuhan belaka, saya harus merespon itu dengan menjadi pendekar kaum saya yang senantiasa mengajarkan mereka pendidikan," kata dia. (Art)
Cek berita terbaru dan menarik lainnya DI SINI
• Ternyata Sosok Ini Marah Besar saat Tau Hotman Paris Terima Tawaran Jadi Pengacara Ferdy Sambo
• Sosok Rossa Penyanyi Terkenal yang Kini Namanya Terseret Kasus Dugaan Perselingkuhan Reza Arab
• Tradisi Mandi Safar di Desa Babo Bolmong Sulawesi Utara, Limi: Saya Ingin Lestarikan