Bolmong Sulawesi Utara
Mopuya Bolmong Sulawesi Utara Dicanangkan Sebagai Kampung Pancasila
Mopuya Bersatu pada Selasa (20/09), resmi dicanangkan sebagai kampung Pancasila yang diselenggarakan oleh Kodim 1303 Bolmong.
Penulis: Sujarpin Dondo | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID - Mopuya Bersatu pada Selasa (20/09), resmi dicanangkan sebagai kampung Pancasila yang diselenggarakan oleh Kodim 1303 Bolmong.
Mopuya Bersatu saat ini sudah dimekarkan menjadi 6 desa yakni desa Mopuya Selatan, Mopuya Selatan satu, Mopuya Selatan dua, Mopuya Utara, Mopuya Utara satu, dan Mopuya Utara dua, serta masuk dalam Kecamatan Dumoga Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong).
Histori berdirinya desa Mopuya Bersatu ini dalam Deklarasi Pencanangan Kampung Pancasila juga turut dibeberkan.
Darmosinus, salah satu tokoh adat dalam rangkaian pencanangan kampung Pancasila tersebut menceritakan bahwa Mopuya adalah salah satu desa yang menjadi tempat transmigrasi dari Pulau Jawa dan Bali.
"Pada Tahun 1972, desa ini dijadikan tempat tujuan transmigrasi yang pada saat itu keadaan serta kondisi wilayah belum terlalu maju seperti saat ini," ucapnya.
Dalam proses perpindahan penduduk tersebut, Darmosinus mengungkap bahwa ada 4 gelombang yang pindah dan bermukim di Mopuya.
"Gelombang yang pertama datang ke Bolaang Mongondow pada tanggal 19 September 1972 atau tepatnya 50 tahun lalu," ucapnya.
Transmigrasi Gelombang kedua dengan jumlah 200 Kepala Keluarga (KK) pada tanggal 10 Oktober 1973 yang berasal dari Banyuwangi, Bojonegoro, Kediri, Magetan, Pekalongan, Pati dan Semarang tiba di Bolaang Mongondow.
"Transmigrasi gelombang ketiga datang ke Bolaang Mongondow pada 14 Januari tahun 1974, berjumlah 100 Kepala Keluarga (KK) berasal dari Kediri dan Blitar," ucapnya mengenang.
Dan yang terakhir, gelombang transmigrasi keempat pada 28 Februari tahun 1974 dengan 100 KK berasal dari Bali tiba di Bolaang Mongondow.
"Total keseluruhan berjumlah 500 KK yang datang ke Bolaang Mongondow yang saat ini diberi nama Mopuya," ucapnya.
Darmosinus mengatakan semenjak datang oleh pemerintah kepada para transmigran sudah disediakan tempat tinggal meski yang lain sedang di bangun hinga selesai.
Kondisi serta keadaan wilayah pada saat itu masih bisa dikatakan hutan belantara serta akses jalan dari desa Kosio saat ini hingga ke Mopuya masih melewati sungai.
Semenjak saat itu, kami yang berjumlah 500 KK hidup bersama dan hidup rukun di tanah Bolaang Mongondow yang diberi nama Mopuya.
Awal mendiami wilayah ini, kami bertani dengan komoditi andalan Kedelai, Jagung, dan ubi kayu dari hasil itu pula kami hidup dan mencukupi kehidupan sehari-hari.
Meski begitu, kami juga memulai dengan menanam padi ladang lewat tanah yang telah dibuka untuk dijadikan sawah meski komoditi pertanian andalan adalah kedelai dan jagung.