Bursa Capres
Gerindra Terbelah Pasca Pernyataan Sandiaga Uno Siap Nyapres 2024, Pengamat: Contoh Golkar 2004
Dinamika dipastikan terjadi di internal Partai Gerindra. Ini setelah Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Dinamika dipastikan terjadi di internal Partai Gerindra. Ini setelah Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Sandiaga Uno menyatakan kesiapannya untuk bersaing maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Kondisi ini membuat pendukung Sandiaga Uno di Partai Gerindra akan berpaling ke Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut.
Seperti diutarakan Pengamat politik, Agung Baskoro berbicara soal potensi keterbelahan internal Partai Gerindra, menyusul pernyataan Sandiaga Uno yang siap menjadi calon presiden (capres).

Seperti diketahui, Sandiaga Uno menyatakan siap maju Pilpres 2024, pada Selasa (30/8/2022) lalu. Namun terkait pasangan, Sandiaga Uno menyerahkannya ke pilihan partai.
“Dampaknya lebih ke internal partai soal hubungan antar kader dan massa partai yang mungkin terbelah,” kata Agung Baskoro kepada Tribunnews.com, Jumat (2/9/2022).
Baca juga: Akhirnya Terungkap Kelicikan Ferdy Sambo, Video CCTV Diedit, Diduga Demi Skenario Pelecehan Seksual
Baca juga: Babak Baru Kasus Dugaan Pelecehan Terhadap Putri Candrawathi di Magelang, Komnas HAM Temukan Fakta
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis ini menjelaskan potensi keterbelahan itu mengingat pada Pilpres 2019 maupun Pilgub 2017, Sandiaga memberikan dampak positif ke Partai Gerindra.
Namun, Agung mengatakan potensi keterbelahan ini pun masih perlu dilihat lebih jauh.
Hal itu sebagaimana melihat pergerakan politik dari partai lain seperti Ganjar Pranowo dari PDIP dengan Puan Maharani.
“Keterbelahan Gerindra saat Sandi jadi maju perlu diukur, sebagaimana ketika Puan dan Ganjar maju bersamaan lewat partai yang berbeda,” ujarnya.
Agung pun lantas mengibaratkan peristiwa seperti ini biasa terjadi di dunia politik, sebagaimana ketika Konvensi Partai Golkar pada 2004 silam yang dimenangkan oleh Wiranto.
Wiranto kala itu menjadi calon presiden setelah mengalahkan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Akbar Tandjung dalam pemilihan putaran kedua yang berlangsung di Jakarta Convention Centre, Jakarta Pusat, Rabu (21/4/2004) dini hari.
Wiranto tercatat meraih 315 suara, sedangkan Akbar Tandjung hanya 227 suara.
Kemenangan ini sekaligus mengukuhkan Wiranto sebagai capres dari Partai Golkar dalam Pemilihan Presiden kala itu.
“Namun Jusuf Kalla yang juga kader Golkar maju bersama SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) berhadapan dengan Wiranto-Salahuddin Wahid,” kata Agung.
“Keterbelahan Golkar ini signifikan karena yang menang justru SBY-JK. Apakah dalam kasus Prabowo dan Sandi akan terulang?” lanjutnya.
Baca juga: Akhirnya Terungkap Reaksi Keluarga Brigadir J, Komnas HAM Sebut Ada Pelecehan Terhadap Putri Sambo
Baca juga: Agustus 2022, Polda Sulawesi Utara Ringkus 9 Tersangka Kasus Migas, 14.210 Liter Diamankan